Kepedulian Pada Sejarah Masih Rendah, Apa Sebabnya?

Photo Author
- Selasa, 28 Agustus 2018 | 03:10 WIB

BANTUL, KRJOGJA.com - Pemerintah Kabupaten Bantul terus mendorong agar masyarakat supaya lebih peduli terhadap sejarah. Karena sejarah merupakan bagian terpenting sebuah wilayah untuk melakukan pembanguan disemua aspek. Bahkan Dinas Kebudayaan menggulirkan program lomba menulis cerpen kesejarahan yang dengan peserta siswa tingkat SD dan SMP di Bantul. Kegiatan itu dinilai efektif mendekatkan sejarah lokal kepada masyarakat. 

“Lomba tersebut sudah berlangsung Minggu lalu untuk menyaring 20 karya cerita pendek terbaik  sebelum dibukukan menjadi antalogi cerpen kesejarahan,” ujar Kabid Sejarah Bahasa dan Sastra Disbud Bantul, Dahroni didampingi Kasi Sejarah Dinas Kebudayaan Bantul, Markus Purnomo Adi, Senin (27/8/2018). 

Dijelaskan, dalam ajang itu peserta berjumlah 33 siswa perwakilan tingkat SD serta 26 siswa perwakilan tingkat SMP. Menurut Dahroni, penulisan tidak boleh memanfaatkan laptop, tetapi peserta harus menulis secara. Peraturan lomba tersebut diterapkan  untuk memastikan originalitas karya. 

“Aspek lainnya yang jadi perhatian ialah, kerapihan dan karakter penulis jika ada coretan atau penghapus mengurangi nilai,” ujarnya. 

Setiap kategori usia bakal diseleksi untuk diambil masing-masing 10 karya terbaik. Sehingga dari 2 kategori itu akan dibukukan sebanyak 20 cerpen. Sedang buku antalogi akan didistribusikan ke seluruh sekolah dan beberapa tempat lain seperti Perpustakaan Daerah Bantul dan DIY.  

Antalogi penting sebagai bahan bacaan siswa yang lain serta masyarakat agar  bisa mendekatkan sejarah melalui sudut pandang cerita fiksi. Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Sunarto SH MM  mengatakan, beberapa program telah disusun untuk mendekatkan sejarah kepada masyarakat. Program penulisan cerpen ditempuh merujuk pada tema tertentu.  Misalnya cerita perjuangan Diponegoro serta Sultan Agung. Disamping itu, bisa juga juga cagar budaya serta kawasan cagar budaya seperti Pleret dan Mangir. 

Sementara salah satu juri, Albertus Sartono tidak menampik, lomba itu memberikan dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang sejarah. Kendati format cerpen itu adalah cerita fiksi, tetapi penentuan latar belakang serta konsep cerita harus sesuai tema sejarah tertentu. Artinya peserta harus mempelajari terlebih dahulu tentang sejarah itu sendiri.  

"Ketika mengambil tema Sultan Agung, peserta harus paham tahun berapa dan bagaimana karakter masyarakat pada masa Sultan Agung," katanya. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

AKS AKK Yogyakarta Wisuda 96 Mahasiswa

Minggu, 3 November 2024 | 09:53 WIB
X