Agar paham-paham radikalisme terorisme dan juga masalah intoleransi ini tidak masuk ke dalam lingkungan sekitar menurutnya, sebagai warga bangsa harus memahami bahwa di negara ini punya empat konsesus dasar bahwa landasan kita itu adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI).
“Sangat jelas bahwa Pancasila sebagai landasan falsafah hidup kita yang mana nilai-nilai dalam sila itu harus kita pahami, hayati, kita lakukan dan kita amalkan. Kita mengimplementasikan juga konstutusi kita yaitu UUD 1945. Selain itu kita juga harus bagaimana menguatkan NKRI kita dan juga kita junjung tinggi Kebhinekaan kita, Bhineka Tunggal Ika. Unity in diversity, meskipun berbeda-beda kita satu jua,†ujarnya.
Dengan empat konsensus dasar seperti itu menurutnya, maka akan semakin kuat pemahaman masyarakat yang mana kita sudah punya landasan, punya acuan, rujukan yang sangat jelas sehingga kita dalam bernegara, berbangsa ini sebagai warga negara, ownership kita kepada negara bangsa ini kuat sekali.
“Karena dengan membangun, kita merasa memiliki negara kita, NKRI. Yamh mana dapat membuat kita tidak gampang dipecah belah, tidak mudah untuk ditarik tarik ke arah yang keluar dari mainstream empat konsesus dasar tadi. Kita tetap adalah Pancasila, kita mengacu pada konstitusi, kita adalah NKRI dan kita adalah Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu yang dicari bukan perbedaannya, tapi persamaannya. Jadi kalau pun beda itu wajar,†ujar wanita yang bisa disapa Wiwieq ini.
Dirinya mengakui kalau empat konsensus dasar tersebut masih belum cukup membumi di masyarakat kita. Oleh karena itu sudah saatnya lebih marak lagi harus dibumikan, disosialisasikan, “Kita bangga memiliki empat konsensus dasar itu, dan ini yang harus kita aplikasikan, kita amalkan melalui banyak panutan-panutan, baik itu melalui tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh birokrasi, tokoh politik, elit politik, elit birokrat, elit militer, pengusaha dan sebagainya,†ujarnya.
Dirinya juga mengakui kalau masih sedikit kaum perempuan di Indonesia ini yang mau bergerak untuk membumikan hal tersebut. Hal ini dikarenakan kaum perempuan sacara pendidikan juga masih kalah dibandingkan dengan kamu laki-lakinya. Untuk itu dirinya ingin mengedepankan pengarusutamaan gender.
“Gender main streaming, bagaimana membuat kaum perempuan jauh lebih melek, sadar bahwa dirinya itu adalah warga negara yang sudah diunggulkan, diutamakan, karena jumlahnya luar biasa perbandingannya 49:51 yang mana nyaris 50:50.