Masyarakat dan Mahasiswa Diminta Kritis Terhadap Informasi di Media Sosial

Photo Author
- Selasa, 13 Februari 2018 | 23:31 WIB

“Jadi Commitment baik dari pemerintah, perguruan tinggi dan juga masyarakat itu harus ada. Enforcement, itu harus melibatkan semua pihak untuk mengkampanyekan pentingnya kita menyikapi berbagai isu yang muncul di media sosial dan Support itu harus adanya peraturan, lalu adanya forum-forum yang kita pergunakan untuk bisa memberikan pencerahan kepada semua pihak,” ujarnya.

Untuk itu pria yang pernah menjabat Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB ini juga meminta perlunya adanya ketegasan dari pemerintah berupa sanksi yang tegas dan aturan yang jelas agar berita hoax dan isu provokatif lainnya tidak muncul di media sosial. “Dan ini harus disosialisasikan supaya semuanya bisa tahu tentang apa yang digariskan dalam peraturan itu,” ujarnya.

Dirinya juga menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi agar mahasiswanya tidak mudah termakan isu hoax atau hal-hal yang bersifat provokatif melalu media sosial, pihaknya telah menanamkan keilmuan komputer untuk dipakai dan dikembangkan bagi mahasiswanya sejak dini. Dan mahasiswa pun sadar bahwa di dalam dunia maya itu ada yang positif dan ada yang negatif.

“Lalu kita bekali mahasiswa itu mengenai cara memfilter dengan pembekalan-pembekalan soft skill agar mahasiswa punya empati, kepedulian sosial dan cinta tanah air dengan kuliah umum dengan mengundang pembicara pada level nasional  bahkan internasional. Tujuannya membekali para mahasiswa supaya makin sadar akan pentingnya peran mereka di dalam melindungi bangsa dan negara,” katanya.

Cara lain yang dilakukan pihaknya yakni membikin lomba hoax analyzer. Dimana mahasiswa ITB menjadi juara nasional dalam membuat software untuk menganalisis berita itu hoax atau tidak. Dan software ini pun telah ia publikasikan kepada para aktivis dan mahasiswa bahwa ini adalah hasil karya para mahasiswa yang diakui dunia yang menyadarkan bahwa tidak semua informasi di media sosial ini benar.

“Jadi ada software yang namanya hoax analizer, dan alhamdulillah ini membantu juga. Membantu supaya agar anak-anak itu tidak langsung menelan bulat-bulat apa yang ada di media sosial. Tapi mereka punya tools yang dibuat teman-temannya sendiri untuk memilah ini benar atau tidak, hoax atau bukan,” katanya.

Yang dilakukan ITB lainnya menurut pria yang pernah menempuh program Doktoral dari Université d'Aix-Marseille III, Perancis ini.yakni di para dosen di setiap kelas memberikan peringatan pada setiap mahasiswa agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

AKS AKK Yogyakarta Wisuda 96 Mahasiswa

Minggu, 3 November 2024 | 09:53 WIB
X