"PT Angkasa Pura II menjadi pemegang saham mayoritas di PT Angkasa Pura Aviasi sehingga memegang kendali terkait dengan berbagai rencana pengembangan dan pengelolaan Bandara Kualanamu. Kami memastikan Bandara Kualanamu akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Indonesia,†kata Muhammad Awaluddin.
Setelah masa konsesi selesai, maka hak pengelolaan beserta aset yang ada akan sepenuhnya dikembalikan ke PT Angkasa Pura II. Skema Strategic Partnership dalam pengembangan dan pengelolaan Kualanamu ini mendatangkan berbagai keuntungan bagi PT Angkasa Pura II dan Indonesia.
Diungkapkan Awaluddin, keuntungan dari Strategic Partnership ini adalah adanya Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia yang terdiri dari Capex Commitment dan Upfront Payment, pengembangan aset di Kualanamu, serta pengembangan 3E yaitu Expansion the traffic, Expertise Sharing dan Equity Partnership. Tujuannya menjadikan Bandara Kualanamu sebagai internasional airport hub di kawasan Barat Indonesia.
"Selain itu, pembangunan Bandara Kualanamu bisa dipercepat dengan adanya alternatif pembiayaan dari mitra strategis, ditambah nanti aset yang sudah dibangun akan kembali ke PT Angkasa Pura II,†tambah Muhammad Awaluddin.
Kapasitas terminal penumpang Bandara Kualanamu sendiri akan ditingkatkan secara bertahap, hingga mencapai kapasitas 40 juta penumpang per tahun. Saat ini jumlah penumpang bandara Kualanamu berkisar 8-11 juta penumpang per tahun.
Bandara Kualanamu juga memiliki potensi sangat besar untuk dapat lebih berkontribusi terhadap perekonomian dan pariwisata di Sumatra Utara. Berbagai infrastruktur telah dioperasikan untuk mendukung Kualanamu seperti kereta bandara dan jalan tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi.
Melalui pengembangan yang masif, Bandara Kualanamu yang saat ini mendapat status Bintang 4 dari Skytrax, diposisikan sebagai hub penerbangan internasional di masa mendatang. Saat ini sudah tersedia lahan seluas 200 hektare untuk berbagai pengembangan. (Imd)