Prospek Industri Farmasi Ditengah Penguatan Nilai Tukar

Photo Author
- Selasa, 7 Mei 2019 | 09:55 WIB
Istimewa
Istimewa

Kebijakan penyelamatan BPJS kesehatan menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh produsen obat-obatan, karena berpengaruh signifikan terhadap kinerja industri farmasi. Bila melihat factor makro, perusahaan farmasi masih memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang masih tinggi. Pemerintah pun dalam anggaran selalu menjaga alokasi budget untuk kesehatan sebesar 5% dari total belanja Aanggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), setiap tahunnya. 

Dalam APBN 2019, pemerintah mengalokasikan total anggaran kesehatan sebesar Rp 123,1 triliun atau naik sekitar 10% dibanding belanja kesehatan tahun lalu. Salah satu pos belanjanya akan digunakan untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang mendapat program Kartu Indonesia Sehat, yang ditargetkan mencapai 96,8 juta jiwa. Demi mengurangi impor, pemerintah juga telah merelaksasi daftar negatif investasi (DNI) untuk industri farmasi obat jadi dan industri alat kesehatan. 

Strategi Produsen Obat-Obatan 

Potensi pasar domestik yang masih terbuka lebar ini, sebenarnya sangat disadari oleh produsen obat-obatan seperti PT Kimia Farma, PT Kalbe Farma, Biofarma, Darya Varia dan lainnya. Beberapa perusahaan farmasi bahkan melakukan pertumbuhan secara non- organik, diantaranya PT Kimia Farma yang baru saja mengakuisisi 57% saham PT Phapros Indonesia senilai Rp 1,361 triliun, untuk meningkatkan pangsa pasar Kimia Farma sekaligus memperluas jaringan distribusi. 

Kimia Farma sebagai salah satu produsen obat yang memiliki produk cukup beragam baik obat-obatan bermerk atau lebih dikenal dengan obat paten hingga obat generik yang lebih banyak dipakai oleh pengguna BPJS kesehatan, dan juga memiliki apotik yang dilengkapi dengan klinik, memiliki peluang yang cukup besar untuk merambah masyarakat kelas atas hingga kelas bawah, sehingga menjadi pemimpin untuk pasar retail obat-obatan.  

Perusahaan berkode saham KAEF ini juga sebelumnya telah mengakuisisi jaringan ritel farmasi asal Arab Saudi Dawaa Medical Ltd.Co, dengan kepemilikan saham mencapai 60%. Melalui akuisisi ini, Kimia Farma berharap bisa menjadi pintu masuk untuk memperluas penetrasi pasar di Timur Tengah, selain memberikan pelayanan kesehatan bagi Jemaah haji dan warga negara Indonesia yang ada di Arab Saudi. 

PT Kalbe Farma masih tetap fokus tumbuh secara organic dengan membangun pabrik obat baru demi memenuhi permintaan obat di dalam negeri maupun pasar ekspor yang telah mencapai ASEAN hingga Timur Tengah, bahkan Kalbe tengah menjajaki pasar Cina. Perusahaan berkode saham KLBF ini juga berani melakukan investasi yang cukup besar untuk penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) senilai Rp 200 miliar dengan menggandeng Perusahaan dari Cina dan Korea Selatan. 

PT Darya Varya Laboratoria yang menjadi pemimpin untuk segmen consumer health maupun obat bebas seperti Enervon-C dan Nature-E, berupaya untuk menahan kenaikan harga dan menggenjot pasar ekspor untuk menjaga kinerja perseroan. Kinerja Darya Varya tidak terlalu dipengaruhi oleh permasalahan yang membelit BPJS karena perusahaan berkode saham DVLA ini, hanya mengisi obat resep kategori gastro ethical atau obat lambung. (*)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB
X