Ekonomi Kawasan Asteng Tetap Prospektif

Photo Author
- Rabu, 3 April 2019 | 11:23 WIB
Istimewa
Istimewa

JAKARTA, KRJOGJA.com -Sesuai Business Barometer: ASEAN CEO Survey 2019 yang dilakukan oleh Oxford Business Group, para CEO tetap optimis mengenai prospek ekonomi di Asia Tenggara, namun kesenjangan keterampilan (skill gap) dapat menghambat perkembangan perekonomian suatu negara dengan optimal.

Dalam survey ekonomi tersebut, OBG melakukan wawancara dan survey secara tatap muka dengan lebih dari 400 CEO perusahaan di Thailand, Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Myanmar dalam rangka menilai sentimen bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Sentimen investor di empat negara yang disurvey tampaknya tetap tinggi, di mana 75% responden mengatakan bahwa perusahaan mungkin atau sangat mungkin akan melakukan investasi dengan modal yang besar dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Optimisme tertinggi datang dari para CEO di Thailand (81%), sedangkan yang terendah datang dari CEO di Indonesia (72%).

Saat ditanya mengenai lingkungan perpajakan dalam negeri, para responden memberikan jawaban yang beragam. Hanya 38% CEO menyatakan bahwa lingkungan perpajakandalam negeri sudah kompetitif atau sangat kompetitif, sementara 45% lainnya menjawab tidak kompetitif atau sangat tidak kompetitif. Para CEO di Filipina adalah yang paling pesimis karena hanya 23% responden – terutama yang berbasis di Manila – memberikan tanggapan positif terhadap lingkungan perpajakan dalam negeri.

Akses kredit dalam negeri juga menimbulkan tanggapan yang beragam, di mana 39% responden dari masing-masing negara menyatakan bahwa akses terhadap kredit saat ini mudah atau sangat mudah, namun 46% responden lainnya menilai masih sulit atau sangat sulit. Sementara itu, para CEO di Thailand dan Filipina menunjukkan respon positif dalam hal akses terhadap kredit di negeri masing-masing, namun di Myanmar, 81% responden menilai akses terhadap kredit masih sulit atau sangat sulit.

Sejumlah negara-negara Asia Tenggara juga mulai bergerak mengembangkan industri teknologi dan manufaktur untuk pendorong pertumbuhan ekonomi, namun kesenjangan keterampilan saat ini menjadi kekhawatiran utama bagi para CEO. 

Berdasarkan survey, responden menilai bahwa kepemimpinan (33%), engineering (18%), dan research & development (14%) merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan saat ini. Perlambatan perekonomian Cina merupakan kekhawatiran utama bagi para responden. Dari hasil survey, 28% responden menyatakan bahwa perlambatan perekonomian Cina merupakan ancaman terbesar yang dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dalam negeri. Responden juga sangat khawatir terhadap kebijakan proteksionis (26%) dan kenakian harga komoditas (20%).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB
X