JAKARTA, KRJOGJA.com -Â Keinginan Bulog untuk mengekspor beras dianggap baru sekadar cita-cita yang mulia yang tak logis. Pasalnya harga beras saat ini jauh lebih mahal dibandingkan rata-rata harga beras dunia. Jika dipaksakan diekspor, beras Indonesia tidak akan mampu bersaing.Â
"Boleh saja ekspor, tapi rugi. Nanti biar kerugiannya ditanggung rakyat,†kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas, di Jakarta, Jumat (24/1).
Â
Dikatakan, saat ini harga beras di Indonesia di tingkat petani sudah mencapai Rp10 ribuan per kilogram dikarenakan harga gabah kering sudah menyentuh Rp 5 ribu per kilogram ke atas. Sementara itu, harga beras dunia per tonnya di angka 404 dolar AS, bila u dirupiahkan berada di kisaran Rp 5.600-an per kilogram.
“Kalaupun nanti musim panen raya, saya prediksi harga beras di tingkat petani sekitar Rp 8 ribuan. Masih lebih tinggi,†ujarnya.Â
Andreas menyatakan, baiknya pemerintah tidak mengeluarkan ide yang tidak rasional lagi seperti ini. Bagaimanapun, mimpi mengekspor beras umum tidak mungkin tercapai dengan kondisi selama ini. Berbeda jika memang ingin mengekspor beras khusus, seperti beras organik. “Sudahlah tidak mungkin. Itu saja,†paparnya.Â
Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo, mengatakan, harga beras di Indonesia masih belum bisa menyaingi harga beras yang ditawarkan Thailand maupun Vietnam. Padahal, dalam perdagangan dimanapun harga menjadi pertimbangan penting.Â
"Sebagai contoh misalnya beras dari Vietnam di kisaran 420 dokar ASÂ per ton dengan kurs rupiah Rp 14.200 per dolar AS belum lagi tambah biaya pengiriman. Bagaimana perbandingannya dengan harga beras nasional, b isa bersaing tidak? Siapa yang mau beli?" katanya.
Menurutnya, tidak hanya soal harga, mimpi untuk mengekspor beras menurutnya juga harus dengan pembenahan infrastruktur terlebih dahulu. Mulai dari sisi produksi sampai pasca panen. (Lmg)