Tahun 2022, Radio Sub Sektor Ekonomi Kreatif Beri Kontribusi Rp 130 Miliar

Photo Author
- Kamis, 12 September 2024 | 10:20 WIB
 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan radio sejak tahun 2019 masuk dalam sub sektor ekonomi kreatif. Pada tahun 2022, radio telah memberikan kontribusi sebesar Rp  (istimewa)
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan radio sejak tahun 2019 masuk dalam sub sektor ekonomi kreatif. Pada tahun 2022, radio telah memberikan kontribusi sebesar Rp (istimewa)


Krjogja.com - Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan radio sejak tahun 2019 masuk dalam sub sektor ekonomi kreatif. Pada tahun 2022, radio telah memberikan kontribusi sebesar Rp 130 miliar.

“Radio bagian dari ekonomi kreatif, pada tahun 2022 memberikan nilai tambah ekonomi sebesar Rp 130 miliar ,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pada acara peluncuran buku berjudul "Panggil Saya Mas Yos" yang bertepatan dengan peringatan Hari Radio Nasional, di Jakarta, Rabu (11/9).

Dikatakan, selain radio, film juga saat ini sudah mulai menjadi tuan di negeri sendiri. Bahkan saat ini sudah 63 persen layar bioskop di Indonesia memutar film hasil karya anak bangsa. “Tidak hanya radio yang memutar lagu Indonesia, tetapi film juga baru saat ini 63 persen layar bioskop memutar film karya anak bangsa,” ujarnya.

Baca Juga: Mengatasi Tantangan Pengendalian Zoonosis melalui Pendekatan One Health

Menyinggung tentang buku berjudul "Panggil Saya Mas Yos, Sandiaga menuturkan bahwa buku ini mengabadikan perjalanan hidup Komodor Muda (Purn) R. Suyoso Karsono, yang akrab dipanggil Mas Yos, seorang tokoh kunci dalam sejarah industri rekaman dan radio di Indonesia.

"Mas Yos adalah tokoh kunci dalam sejarah industri musik rekaman dan radio di Indonesia. Sebuah catatan penting yang ditorehkan di dalam buku tentang kepeloporan industri ekonomi kreatif dalam bidang musik rekaman dan radio yang kita kenal saat ini," katanya.


Dikatakan, selain menjadi sumber pengetahuan, buku "Panggil Saya Mas Yos" bisa menginspirasi para pembaca, khususnya generasi muda, serta menarik mereka ke dunia musik dan radio.

Dia juga mengemukakan perlunya strategi adaptasi agar industri rekaman dan radio bisa terus bertahan dan tetap relevan. "Tidak hanya bertahan dan relevan dengan zaman, bahkan maju berkembang dengan bentuk baru di era digital dan AI ini dengan baik," katanya.

Buku "Panggil Saya Mas Yos" antara lain menceritakan peran Mas Yos dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris di Indonesia.

Mas Yos juga mendirikan dua stasiun radio swasta pertama yang berperan dalam penyebaran informasi dan pengetahuan di Indonesia, yaitu Radio Elshinta (AM) dan Radio Suara Irama Indah (FM Stereo).

Elshinta Suyoso selaku wakil keluarga Mas Yos menyampaikan bahwa menghadirkan secara utuh gambaran tentang kiprah ayahnya dalam industri musik rekaman dan radio di Indonesia ke dalam buku bukan hal yang mudah.

"Karena bisa dicatat dari mana kita mau melihatnya tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Itulah sebabnya dilakukan wawancara dengan mereka para penyanyi, musisi, dan pengamat sebagai narasumber kunci seperti yang ditemui dalam rangkaian bab di dalam buku," katanya.

Elshinta berharap buku "Panggil Saya Mas Yos" dapat menjadi sumbangsih berharga bagi industri musik rekaman dan radio serta memperkaya wawasan khalayak tentang sejarah industri musik dan radio di Indonesia. “Panggil Saya Mas Yos' menandai tonggak sejarah, mengenang bagaimana Mas Yos membuka jalan bagi para pelaku seni musik berbakat dan para praktisi media, khususnya rekaman dan radio, dari era analog hingga ke era digital saat ini," katanya.

Elshinta juga menambahkan memperkaya pemahaman masyarakat terhadap sejarah musik dan radio di Indonesia. Melalui buku ini, kami berusaha menghadirkan gambaran utuh tentang sosok almarhum Suyoso Karsono, yang lebih dikenal dengan nama Mas Yos, sebagai pelopor dalam dunia industri rekaman musik dan stasiun radio di Indonesia," ucapnya.

Mas Yos dikenal luas sebagai pionir dalam perkembangan industri kreatif Indonesia, terutama di bidang musik dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Pada tahun 1953, ia mendirikan Irama Records, yang menjadi rumah bagi musisi legendaris seperti Nick Mamahit, Bubi Chen, dan Titiek Puspa. Mas Yos juga dikenal sebagai tokoh penting yang membawa grup The Indonesian All Stars ke panggung internasional melalui Berlin Jazz Festival pada tahun 1967.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB
X