derap-nusantara

Kedaulatan jadi syarat wujudkan ketahanan pangan

Jumat, 23 Agustus 2024 | 09:25 WIB
Pedagang tengah menjajakan produk pangan di salah satu pasar di DKI Jakarta. (ANTARA/HO-Bank DKI)

Nilai tambah

Dalam rangka meningkatkan kedaulatan petani, maka inovasi dan teknologi yang ditawarkan harus memiliki nilai tambah. Dengan demikian, di lapangan, petani akan merasakan hasil kerja mereka bisa memberikan nafkah lebih kepada keluarga.

Menurut Imam Sujono, Seed Marketing Head Syngenta Indonesia, petani yang tengah merintis bersedia menggunakan teknologi dan inovasi terbaru apabila sudah melihat sendiri hasilnya dan mempraktikkan langsung di lapangan. Sehingga peran dari penyuluh sangat penting untuk mengenalkan teknologi dan inovasi itu kepada petani.

Sebagai contoh, di bidang benih, kerap dikenalkan menggunakan sistem demplot atau demonstration plot yang merupakan metode penyuluhan dengan cara membuatkan lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan suatu varietas unggul.

Penggunaan benih unggul berkualitas tinggi merupakan kunci utama keberhasilan swasembada pangan. Tanpa benih berkualitas, petani tidak akan mampu mencapai produksi optimal, terutama di tengah tantangan perubahan iklim, keterbatasan pupuk, dan serangan hama serta penyakit tanaman.

Petani tentunya berharap teknologi dan inovasi yang dihadirkan selama ini bisa memberikan manfaat, di antaranya mudah untuk melakukan perawatan, murah dari sisi biaya karena tidak perlu menggunakan pestisida dan tenaga kerja, serta hasil yang didapat lebih melimpah.

Sebagai contoh tanaman pangan, seperti padi dan jagung, musuhnya yang dihadapi hampir sama, yakni hama penggerek batang. Dampaknya luar biasa kalau sudah terserang, maka produksi tidak seperti yang diharapkan, sehingga bisa mengalami kerugian.

Kehadiran benih unggul tidak hanya mengoptimalkan hasil panen petani, tetapi juga membuat petani lebih percaya diri untuk bercocok tanam. Hal ini karena banyak petani milenial yang berkiblat dengan petani di luar negeri. Kemudahan mencari informasi melalui media sosial membuat petani kini lebih mudah membandingkan hasil panen dibanding rekan-rekan di luar negeri, minimal dari negara tetangga.

Petani di dalam negeri kini juga kian kritis untuk mengadopsi teknologi dan inovasi, termasuk benih unggul. Mereka lebih teliti dengan melakukan survei terlebih dulu hasil panen suatu benih, bahkan saling berkomunikasi antarkelompok tani. Sehingga tidak heran pertanian di sejumlah daerah kini sukses, bahkan tidak kalah dengan negara tetangga.

Petani tengah menyimak penjelasan dari tenaga penyuluh cara bertanam salah satu varietas unggul. (ANTARA/HO-Syngenta)

 

Riset berkelanjutan

Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) M Yadi Sofyan Noor kesadaran petani milenial saat ini sangat tinggi untuk meningkatkan produksi dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam rangka meningkatkan produksi.

Tentunya hal ini menjadi bekal untuk mewujudkan swasembada pangan nasional, sesuai target dari pemerintah, bahkan menjadi negara pengekspor pangan, bersaing dengan negara lain.

Dengan demikian menjadi kewajiban bagi pemerintah dan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian untuk melakukan riset berkelanjutan demi lahirnya teknologi dan inovasi, khususnya untuk benih unggul pangan. Hal ini mengingat penyakit (hama) tanaman kian beragam dan iklim ekstrem yang tentunya menuntut hadirnya benih unggul yang mampu menjamin sukses panen.

Halaman:

Tags

Terkini

BLTS menyentuh 28 juta penerima

Jumat, 12 Desember 2025 | 08:45 WIB

Internet Rakyat solusi akses jaringan murah

Jumat, 5 Desember 2025 | 11:29 WIB

Mencetak guru agama profesional dengan PPG

Jumat, 21 November 2025 | 08:15 WIB

Pupuk Subsidi Makin terjangkau

Jumat, 7 November 2025 | 08:30 WIB

Mewujudkan MBG aman dan menyehatkan

Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:10 WIB

Menyiapkan Merauke sebagai lumbung pangan

Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:41 WIB

Gerak cepat pemerataan MBG di Papua

Jumat, 26 September 2025 | 08:20 WIB