KULONPROGO, KRJOGJA.com - Ekonomi Pancasila tidak lain adalah ekonomi Ketuhanan Yang Maha Esa, ekonomi kerakyatan, ekonomi gotong royong, ekonomi musyawarah dan ekonomi yang menuju kebahagiaan, inilah yang paling penting dan hanya interpretasinya yang berbeda-beda. Intinya ekonomi Pancasila yang digagas Prof Mubyarto sangatlah sederhana adalah penyadaran diri tetapi kelemahannya kurang edukasi sehingga perlu digencarkan dan dibumikan lagi khususnya penyadaran sekaligus pemahaman ekonomi Pancasila sebagai ruh bangsa Indonesia.
Hal ini disampaikan Ekonom Senior dan Guru Besar UGM Prof Dr Gunawan Sumodiningrat M Ec dalam Diskusi Terbatas Perspektif Praktis Ekonomi Pancasila di Masa Kini dan Masa Depan yang diselenggarakan KAFEGAMA DIY, FEB UGM, ISEI DIY, OJK DIY dan SKH Kedaulatan Rakyat di Desa Banjaroyo, Kalibawang, Kulonprogo, Minggu (19/12/2021). Selain itu, dalam diskusi ini sekaligus diluncurkan buku dari Dr Rachmawan.
"Edukasi ekonomi Pancasila sangatlah penting sekali, menyadarkan diri siapa kita dan mengakui manusia itu berubah dari kecil, menengah menjadi besar. Nomor satu dalam ekonomi Pancasila adalah Ketuhanan YME, jika kita paham itu semuanya selesai, kemudian menciptakan manusia yang adil dan beradab sehingga muncul persatuan dan kesatuan," ujarnya.
Prof Gunawan mengatakan ekonomi Pancasila jika diterjemahkan harus people center development, harus ada pemihakan, harus ada kerjasama gotong royong dan harus ada itikad moral yang bisa menghilangkan ketimpangan bersama dalam keseimbangan. Perlu banyak adanya pelaku-pelaku yang paham ekonomi Pancasila dan dipaparkan, ini akan menjadi kunci dasar dari ekonomi Pancasila adalah ekonomi Ketuhanan YME, ekonomi gotong royong, ekonomi yang bermoral musyawarah mufakat dan menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Ekonomi Pancasila adalah ruh dari kehidupan dengan mantra menyebut nama Tuhan YME, meniru sifat-sifatnya menjadi manusia baru yang adil dan beradab, caranya bersatulah sifat manusia dengan sifat Tuhan, musyawarah mufakat jadilah kebahagiaan. Pemikiran Prof. Mubyarto tentang ekonomi Pancasila tidak lain adalah ekonomi kerakyatan alias ekonomi wong cilik-cilik. Implementasi ekonomi Pancasila di masa kini dan masa depan ini telah dilakukan Gerakan Sambatan Jogja (Sonjo) dan Kelompok Tani Wanita (KWT) Pawon Gendis Banjaroyo," paparnya.
Guru Besar FEB UGM Prof Catur Sugiyanto MA PhD mengatakan kebijakan ekonomi pemerintah sudah banyak dilakukan untuk mengembangkan sektor pertanian, namun lebih tepatnya pemerintah itu hendaknya ada di paling belakang. Sebab jika masyarakat sudah bisa jalan sendiri kenapa harus diatur-atur, justru yang penting pemerintah bisa memfasilitasi dan memberikan dorongan usaha kecil supaya bisa mekar tumbuh pesat.
"Tren impor produk pertanian naik, padahal potensi ekspornya besar dan baru 50 persennya yang digarap. Ini jadi tantangan sekaligus peluang bagi petani, tantangannya ada dualisme petani di antara konglomerat dengan keterbukaan pasar saat ini. Jadi pemerintah berada di tengah menjembatani kepentingan produsen dan konsumen," ujarnya.
Prof Catur menegaskan korporasi menjadi strategi untuk mendorong pertanian dengan menerapkan ekonomi kerakyatan berasas kekeluargaan dan gotong-royong. Hal ini guna mencapai kemakmuran pertumbuhan yang berkeadilan atau pemerataan serta membela ekonomi rakyat yang merupakan akar rumput.
"Untuk itu, kebijakan ekonomi yang pro petani bisa berasas kekeluargaan dan gotong-royong agar dapat mencapai kemakmuran atau pertumbuhan yang berkeadilan pemerataan. Kebijakan ekonomi pro petani juga harus membela ekonomi rakyat sehingga menjadi praktik dari ekonomi Pancasila serta menjadi implementasi pada sektor pertanian," tegas Anggota Tim Ahli Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM ini.
Perwakilan Gerakan Sonjo Gumilang Aryo Sahadewo menyampaikan terdapat dua nilai-nilai dalam Pancasila yang ingin dicapai yaitu penurunan kemiskinan dan ketimpangan yang ada. Kedua permasalahan inilah yang menjadi PR bersama terutama di masa pandemi Covid-19 saat ini yang cenderung meningkat angka statistiknya serta menjadi perhatian pasca pandemi.
"Kita semua harus mengidentifikasi permasalahan sesuai bidangnya masing-masing, saya sendiri di bidang ekonomi pendidikan melihat turunnya capaian pembelajaran pelajar dari tingkat dasar hingga bangku perkuliahan yang ujungnya akan menjadi ketimpangan di masa mendatang. Termasuk, ketimpangan adopsi digital UMKM dan banyak sekali permasalahan lainnya," ujarnya.
Gumilang menyatakan Sonjo berusaha mengidentifikasi permasalahan-permasalahan untuk mendapatkan solusi yang spesifik, semisal mengidentifikasi permasalahan UMKM di awal pandemi. Pemerintah mengeluarkan solusinya adopsi teknologi dan go digital, tidak semuanya bisa melakukan itu. Untuk itu. Sonjo berusaha menjadi pintu masuk menuju pasar digital dengan menghadirkan Pasar Sonjo.