Mbah Kromo, Pengungsi Tertua di Barak Banjarsari

Photo Author
- Kamis, 12 November 2020 | 05:10 WIB
Mbah Ngali Kromo menunjukan KTP yang menunjukan tanggal lahirnya 31 Desember 1920. (Foto: Mahar P)
Mbah Ngali Kromo menunjukan KTP yang menunjukan tanggal lahirnya 31 Desember 1920. (Foto: Mahar P)

SLEMAN, KRJOGJA.com - Puluhan warga Kalitengah Lor sudah dievakuasi sejak akhir pekan lalu. Termasuk Mbah Ngali Kromo yang bulan depan genap berusia 100 tahun. Meski sudah akrab dengan bencana erupsi Gunung Merapi, Mbah Kromo langsung bersedia ikut mengungsi bersama cucu dan cicitnya.

Kepada KRJOGJA.com, perempuan kelahiran 31 Desember 1920 ini mengaku sudah berada di barak pengungsian sejak akhir pekan lalu. Ia bersama warga Kalitengah Lor diantar ke barak menggunakan truk. Perempuan yang punya tiga anak ini tak bisa mengingat betul, berapa erupsi Merapi yang pernah dialaminya. Namun salah satu erupsi yang masih bisa diingatnya saat erupsi 2020 yang juga menewaskan Juru Kunci Gunung Merapi Mbah Marijan.

"Sampun lali, kawit cilik nggih nate ngungsi. (Sudah lupa berapa kali tapi sejak kecil pernah mengungsi)," kata Mbah Kromo saat ditemui di Barak Banjarsari, Rabu (11/11/2020).

Meski usianya menjelang satu abad, Mbah Kromo masih bisa berjalan sendiri tanpa bantuan tongkat. Mbah Kromo mengatakan, selama di pengungsian dia tetap bisa merasakan tidur nyaman karena anak, cucu dan cicitnya juga berada di tempat yang sama. Jika bosan berada di bilik pengungsian, Mbah Kromo memilih keluar mencari angin dan mengobrol dengan sesama lansia lainnya.

Bahkan soal makanan, Mbah Kromo mengaku justru enak makanan di barak pengungsian. Menurut Mbah Kromo, meski sejak kecil tinggal di lereng Merapi, namun dia tak bisa mengenali tanda-tanda Gunung Merapi jika akan terjadi erupsi.

"Tondo-tondone nggih mboten ngertos. Reti-reti wis kejadian. Biasane enten suoro gemuruh. (Tanda-tandanya tidak ada, tahu-tahu sudah kejadian. Biasanya ada suara gemuruh)," ungkap Mbah Kromo yang sudah punya 7 cucu dan 7 cicit ini.

Meski tetap nyaman berada di barak pengungsian, Mbah Kromo berharap Merapi segera normal dan kembali ke rumahnya di Kalitengah Lor RT 3 RW 20. Mbah Kromo mengungkapkan, saat masih kuat, dia biasa mencangkul dan bertani. Saat ini ia menikmati masa tua dengan melihat cicit-cicitnya bermain di rumah. Disinggung soal resep panjang umur, Mbah Kromo menuturkan, ia hanya makan seadanya dan banyak makan sayur-sayuran.

"Maem godhong-godhongan dari kebon dewe. Jipan, godhong telo. (Makan daun-daunan dari kebun sendiri. Labu siam dan daun ketela)," tutur Mbah Kromo.

Sementara itu Panewu Cangkringan Suparmono menambahkan, data lansia yang seharusnya mengungsi sebanyak 95 orang. Namun saat ini tercatat baru 87 lansia yang sudah mengungsi.

"Data per Selasa malam jumlah pengungsi bayi di bawah dua tahun 19 anak. Balita 9 anak, anak-anak usia 6-18 tahun 30 orang, dewasa sebanyak 58 orang dan lansia 87 orang," ujar Suparmono.

Suparmono akan meminta bantuan pihak Kalurahan untuk memastikan jumlah pengungsi dari kalangan lansia. Namun kemungkinan, lansia yang belum mengungsi karena usianya di ambang batas 60 tahun.

"Kami akan minta pihak Kalurahan untuk ngecek lagi. Karena datanya 95 orang lansia tapi yang ada di barak baru 87 orang," tandas Suparmono.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB
X