Krjogja.com - YOGYA - Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kehormatan Partai, Komarudin Watubun, menggelorakan semangat juang kader PDI Perjuangan Yogyakarta dalam acara Penggemblengan Kader yang dihadiri oleh sekitar 1500-an kader. Dalam pidatonya, Komarudin menekankan pentingnya terus bergerak dan berjuang demi keadilan di negeri ini.
"Ini adalah panggilan sejarah. Ketika ibukota Republik menghadapi masalah di Jakarta pada awal kemerdekaan, ibukota dipindah ke Jogja. Dari tanah Mataram, kita, banteng, mulai berjuang," tegas Komarudin.
Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa tokoh penting, seperti Ronny Berty Talapessy, Letjen TNI Purn Ganip Warsito, Mayjen TNI (Purn) Saud Tamba Tua, Brigjen TNI Mar (Purn) Donar Rompas, Yoseph Aryo Adhi, dan Nuryadi, Ketua DPD PDI Perjuangan DIY.
Baca Juga: UMS Copot Dua Dosen Lakukan Pelecehan Seksual
Komarudin menegaskan bahwa nilai dan ajaran Bung Karno harus menjadi pedoman utama dalam setiap perjuangan, terutama ketika masih ada ketidakadilan di Indonesia. Penggemblengan ini menjadi awal dari rangkaian peringatan Peristiwa 27 Juli 1996 yang akan digelar di berbagai kota di Indonesia.
"Banteng tidak pernah menyerah untuk berjuang. Selama keadilan belum merata, hasilnya akan kita petik suatu hari nanti. Perjuangan para pendahulu wajib kita lanjutkan," ujar Komarudin.
Dalam konteks peringatan Peristiwa 27 Juli 1996, Komarudin mengisahkan perjuangannya melawan pemerintah otoriter Orde Baru bersama delegasi Papua, setia kepada Megawati Soekarnoputri sebagai ikon pemersatu.
Baca Juga: Cek Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Akhir Pekan Pada 20-21 Juli 2024 Berangkat dari Stasiun Palur
Eko Suwanto, Ketua DPC PDI Perjuangan Yogyakarta, menyatakan bahwa peringatan Peristiwa 27 Juli 1996 memberikan tiga catatan penting dalam sejarah demokrasi Indonesia. Pertama, sosok Megawati Soekarnoputri sebagai pejuang melawan otoriterisme. Kedua, kerelaan perjuangan para pendiri partai yang mengalami banyak penderitaan. Ketiga, pentingnya menegakkan etika, hukum, dan demokrasi.
"27 Juli 1996 mengingatkan kita untuk berani menegakkan etika, hukum, dan demokrasi, bukan untuk kepentingan pribadi atau keluarga," kata Eko Suwanto