diy

Mengenal Cokrodiningratan Sebagai Kawasan Baru Sumbu Filosofi

Senin, 14 Agustus 2023 | 21:28 WIB
Pintu gerbang Kelurahan Cokrodiningratan (foto: Istimewa)

KRJogja.com - YOGYA - Kelurahan Cokrodiningratan yang terdiri dari tiga kampung memiliki keunggulan masing-masing. Kampung Cokrodiningratan fokus dalam pengembangan produk kuliner dan kerajinan. Contoh produk kuliner dan kerajinan seperti sate bulus, batik jumputan, kerajinan keris, dan lainnya.

Ada pula Kampung Cokrokusuman yang fokus pada seni budaya. Kegiatan seni budaya seperti karawitan, tari, hadroh, ketoprak, bregodo, dan lainnya. Berbagai jenis kesenian ini dalam beberapa waktu sekali tampil bersama-sama, baik dalam festival atau acara lainnya.

Terakhir bernama Kampung Jetisharjo yang memiliki potensi kawasan ekowisata. Beberapa jenis wisata berbentuk susur sungai dan susur kampung. Bisa dengan jalan kaki atau menggunakan sepeda. Wilayah ini termasuk dalam rute program Menikmati Harmoni Jogja dengan Lima Jalur Sepeda Wisata (Monalisa), inisiasi dari Pemerintah Kota Jogja.

Baca Juga: Javaglonema Aglocontest 2023 Jadikan Paten Desa Wisata Aglonema

Menurut Lurah Cokrodiningratan, Andityo Bagus Baskoro, potensi tiga kampung wisata ini saling berkolaborasi dan menguatkan. “Keberadaan Cokrodiningratan di dekat Tugu Pal Putih sebagai ikon Jogja juga menguntungkan. Wisatawan yang berkunjung ke Tugu, berpotensi berkunjung juga ke daerah sekitarnya, secara langsung maupun tidak akan menggerakkan geliat ekonomi masyarakat,” katanya.

Lokasi yang dekat dengan Tugu Pal Putih ini juga, yang membuat Kelurahan Cokrodiningratan menjadi wilayah baru yang masuk dalam Kawasan Sumbu Filosofi. Adanya irisan wilayah ini yang membuat Cokrodiningratan menjadi penyangga kawasan Sumbu Filosofi sejak awal tahun 2023.

Di sisi Selatan, Kelurahan Cokrodiningratan berbatasan Tugu Pal Putih. Untuk arah Barat, wilayah ini membentang dari Tugu Pal Putih (kecuali Pasar Kranggan) sampai ke lampu lalu lintas di perempatan Pingit. Beralih ke wilayah Utara, batas wilayah Cokrodiningratan sampai sekitar Hotel Tentrem. Dan terakhir, di sebelah Timur, wilayah Cokrodiningratan membentang dari Tugu Pal Putih sampai Jembatan Gondolayu.

Baca Juga: Stipram Yogyakarta Berkontribusi Kembangkan Kawasan Wisata Kuliner Desa Wedomartani

Sejak tergabung dalam Kawasan Sumbu Filosofi, perangkat kelurahan semakin masif mendata potensi dari sisi seni, budaya, maupun ekonomi. “Data tersebut akan dipakai untuk mengembangkan potensi di kawasan dengan lebih intensif, dimaksimalkan keunggulannya,” kata Andityo.

Berada di pusat wisata dan juga perekonomian membuat pengembangan wilayah Cokrodiningratan masih bisa dieksplorasi. Manfaat dalam ekonomi menjadi salah satu hasil dari semakin berkembangnya Kawasan Sumbu Filosofi. Dengan masyarakat yang semakin mengenal Sumbu Filosofi, maka nilai dari suatu wilayah bisa semakin bertambah. Wisata tidak hanya sekadar mengabadikan dalam foto kemudian pulang, namun ada pemaknaan akan sejarah dan nilai-nilai kehidupan.

Sebagai informasi, Sumbu Filosofi merupakan tata kota yang terbentuk sejak awal pembangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat sekitar tahun 1755. Sri Sultan HB I membuat tata kota beserta atributnya dengan makna masing-masing.

Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan dari rahim ibu, beranjak dewasa, menikah sampai melahirkan anak (sangkaning dumadi). Sebaliknya dari Tugu Pal Putih ke arah selatan merupakan perjalanan manusia menghadap sang pencipta (paraning dumadi).

Peletakan unsur sosial masyarakat, termasuk juga bangunan mengandung makna-makna tersendiri. Contohnya, penempatan Kompleks Kepatihan dan Pasar Beringharjo melambangkan godaan duniawi dan godaan syahwat manusia yang harus dihindari, terutama dalam perjalanan manusia kembali ke pencipta. (BPKSF/Jon)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB

Olah Limbah Tanpa Bau, SPPG Playen Gunakan Bioteknologi

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:50 WIB