“Dalam melaksanakan diklat ini para perusahaan industri atau mitra industri telah memiliki Izin Operasional Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) serta persyaratan lainnya yang sudah ditentukan. Selain mempunyai ijin dan persyaratan pelaksanaan, diklat ini juga diwajibkan menerapkan protokol kesehatan baik dalam pelaksanaan diklat maupun di luar diklat dan dipantau secara kontinyu hingga berakhirnya pelaksanaan pelatihan," imbuhnya.
Masih menurut Eko, pelatihan 3-in-1 saat ini diikuti 1475 orang peserta dengan berbagai jenis pelatihan, terdiri dari BDI Medan 210 orang untuk pelatihan operator mesin dan peralatan produksi pabrik kelapa sawit. BDI Padang 220 orang untuk pelatihan pembuatan hiasan busana dengan alat jahit tangan dan batik tulis. BDI Jakarta 300 orang untuk pelatihan operator garmen.
BDI Yogyakarta 230 orang untuk pelatihan jahit upper alas kaki, assembling alas kaki dan pengoperasian mesin jahit karung jumbo plastik. BDI Surabaya 250 orang untuk pelatihan operator garmen dan supervisor tekstil dan produk tekstil. BDI Denpasar 150 orang untuk pelatihan animasi. BDI Makassar 115 orang untuk pelatihan desain kemasan produk pangan dan aneka olahan berbasis cokelat.
“Tujuan pelatihan ini adalah untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja calon tenaga kerja yang akan bekerja ataupun berwirausaha dan menyiapkan tenaga kerja tersertifikasi yang kompeten dan memiliki daya saing," sebut Eko.
Balai Diklat Industri (BDI) Yogyakarta sendiri berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan SDM industri terampil dengan spesialisasi industri plastik, logam, kerajinan, dan alas kaki. Kegiatan diklat 3-in-1 telah dirintis sejak 2016 dan terus dilakukan hingga saat ini.
Selain itu, saat ini BDI Yogyakarta juga sedang mendampingi tenant untuk membuat produk inovasi melalui program inkubator bisnis. BDI Yogyakarta berkolaborasi dengan PT Stechoq dan PT YPTI sebagai mentor untuk mengembangkan produk-produk kesehatan. Produk-produk tersebut antara lain masker industri, faceshield, UV sterilizer, dan komponen ventilator yang seluruhnya buatan Indonesia.
Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan menumbuhkan wirausaha baru yang dapat memenuhi kebutuhan APD dari Indonesia, serta mampu mengurangi jumlah impor. (Sal)