Oerip Indonesia X Triple Topper Luncurkan Produk Berbahan Tenun di Kustomfest 2022

Photo Author
- Senin, 10 Oktober 2022 | 13:57 WIB
Cella gitaris Kotak (bermasker) sedang menjajal produk kolaborasi Oerip Indonesia dan Triple Tropper  (Istimewa)
Cella gitaris Kotak (bermasker) sedang menjajal produk kolaborasi Oerip Indonesia dan Triple Tropper (Istimewa)

Krjogja.com - Hari Sabtu-Minggu (1-2/10/2022) lalu, produk kolaborasi berbahan wastra Nusantara diluncurkan di ajang Kustomfest 2022 Yogyakarta. Wastra adalah kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri yang mengacu pada dimensi, warna, ukuran, dan bahan, termasuk dalam kategori wastra ini adalah batik, tenun, serta songket.


Dalam hal ini, pada saat peluncuran, produk kolaborasi tersebut menggunakan tenun dari berbagai daerah di Indonesia. Dua brand yang berkolaborasi tersebut adalah Oerip Indonesia dan Triple Topper.


Adalah Tonny Elias dan Dian Oerip yang berada di balik kolaborasi ini. Tonny Elias, seorang motoris yang juga pebisnis spare part motor sejak 2001, membawa brand Triple Topper. Sedangkan Dian Oerip, adalah desainer sekaligus founder dari Oerip Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang fashion dan desain yang seluruh karyanya menggunakan wastra nusantara.


Konsep kolaborasi ini adalah menyatukan skena motor dengan warisan budaya Nusantara, dimana celah ini dipandang belum terlalu banyak pihak yang meliriknya. Di satu sisi, Tonny memiliki pengalaman di bidang dunia otomotif dengan pengalaman yang panjang, sebagai pemilik gerai 69 Goodness dan brand Flash Back Supply, dan di sisi lain, Dian Oerip, melanglang buana untuk mengenalkan produknya hingga berbagai belahan dunia. Pertemuan pertama Tonny dan Dian adalah di Belanda dan Perancis dimana keduanya ikut dalam satu project berjudul Oerip Indonesia Memboemi di Eropa yang mendapatkan dukungan dari Warisan Budaya Indonesia (Mei-Juni 2022 lalu).


Karya kolaborasi yang diluncurkan dalam kesempatan tersebut adalah aksesoris yang terkait dunia motor, yaitu jok motor dari tenun dan blanket dari tenun dengan ikat dari kulit, serta produk fashion yang mendukung dunia motor yaitu jaket, hoodie, dan tas. Seluruh produk tersebut terbuat dari tenun yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia serta kuat menggambarkan aspek seni budaya warisan Nusantara.


Beberapa jenis tenun yang diangkat dalam karya kolaborasi ini adalah Tenun Sikka NTT, Tenun Tarum Bali, Tenun Manggarai, Tenun Boti, Tenun Buna Ayutopas, Tenun Buna Kristik, serta Tenun dengan motif Oerip.


Jaket Hoodie Manggarai
Jaket ini menggunakan Tenun Manggarai yang berasal dari NTT yang biasa dikenakan saat acara-acara adat. Memiliki warna dasar hitam, yang bagi orang Manggarai melambangkan kebesaran, keagungan serta kepasrahan bahwa semua manusia pada suatu saat akan kembali kepada Mori Kraeng (Sang Pencipta). Umumnya warna benang yang digunakan pada motifnya adalah warna-warna yang mencolok seperti merah, putih, jingga, dan kuning.


Blanket yang dalam kemasannya sudah disajikan bersama dengan ikat kulit sehingga memudahkan saat dibawa di sepeda motor memiliki dua varian, yaitu irit dan premium. Untuk varian irit, salah satunya menggunakan bahan berupa tenun motif Oerip, yang memiliki arti gotong royong antar individu maupun kelompok dalam lingkungan Oerip Indonesia yang sudah menjadi budaya setiap hari.


Sedangkan blanket varian premium yang tersedia adalah yang menggunakan bahan berupa:
- Tenun Buna Ayutopas, yaitu tenun ikat khas Ayutopas Nusa Tenggara Timur yang berbahan dasar benang kapas dan benang sulam. Buna Ayutopas memiliki banyak motif, beberapa motif pada Buna Ayutopas pada zaman dulu biasanya dipakai oleh para bangsawan dalam acara formal seperti acara adat dan resepsi perkawinan.


- Sikka dari Maumere, yaitu tenun yang menjadi salah satu warisan nenek moyang di Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur yang dibuat secara tradisional. Proses pembuatan kain tenun warisan budaya di Sikka ini melewati sejumlah tahap yang membutuhkan waktu berbulan-bulan. Untuk menghasilkan satu kain tenun, membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Pewarnaan yang digunakan pada tenun Sikka biasanya menggunakan bahan dari alam seperti Mengkudu, daun Mangga, Nangka dan lain sebagainya.


- Buna Kristik, yaitu tenun yang berasal dari Nusa Tenggara Timur, secara appearance sangat cantik dan mempunyai beberapa motif salah satunya adalah motif bunga Sepe serta memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai busana bagi penggunaan sehari-hari, sebagai busana dalam tari, upacara serta dalam norma-norma budaya. Fungsi lainnya adalah sebagai mahar dalam perkawinan (dalam bahasa daerah disebut sebagai “belis” nikah). Selain itu, berfungsi sebagai bentuk penghargaan bagi tamu yang datang. Motif yang ada pada tenun tersebut biasanya menceritakan kisah-kisah mengenai mitos dan cerita-cerita dari masyarakat Nusa Tenggara Timur.


Salah satu hal yang menjadi benang merah antara Tonny dan Dian sehingga memungkinkan terjadinya kolaborasi ini adalah karena keduanya sangat peduli terhadap lingkungan. Hal itu diwujudkan dalam pemilihan dan pemakaian bahan untuk produk kolaborasinya. Salah satu karya jaket dan hoodie memanfaatkan perca wastra yang dirangkai menjadi patchwork.


Patchwork adalah tambal sulam dimana terdapat potongan-potongan kecil kain (perca) menjadi desain yang lebih besar dengan pola berulang dari perca yang berbeda-beda motifnya. Perca atau potongan-potongan tenun yang digunakan ini adalah side product (sebagian menyebutnya sebagai limbah produksi) dari kegiatan menjahit di Oerip Indonesia. Dengan memanfaatkan limbah ini, artinya produk kolaborasi ini turut menciptakan sistem produksi yang ramah lingkungan. Disamping itu, pembuatan patchwork tersebut memberdayakan para perempuan di lingkungan sekitar tempat produksi Oerip Indonesia, di desa Beran, Ngawi, Jawa Timur.


Beberapa produk kolaborasi dengan menggunakan patchwork ini berupa Jaket dengan Hoodie maupun Jaket tanpa Hoodie. Beberapa yang spesifik adalah:
- Patchwork Manggarai dan Buna Kristik motif bunga Sepe. Tenun Manggarai berasal dari NTT, kain tenun ini biasa dikenakan saat acara-acara adat. Sedangkan bunga Sepe bisa disebut 'Flamboyan Tanah Timor' karena mekarnya bunga Sepe, sebagai tanda bakal datangnya Hari Raya Natal bagi umat Kristen. Karenanya pohon ini disebut sebagai pohon 'pemanggil' anak-anak Kupang NTT di perantauan, untuk pulang kembali ke kampung halamannya guna merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bangkitnya Kebaya Menjadi Fashion Terkini

Jumat, 21 November 2025 | 21:45 WIB
X