Eco Fashion Week Indonesia, Pamerkan Tenun Ikat asal Daerah Tertinggal

Photo Author
- Senin, 3 Desember 2018 | 20:50 WIB

JAKARTA, KRJOGJA.com - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT) fokus mengangkat pengembang seni dan budaya sebagai modal pembangunan daerah tertinggal. Misi tersebut diwujudkan melalui kerja sama dengan Merdi Sihombing, desainer ternama Indonesia dengan menggelar ajang Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) 2018 di Gedung Stovia, Jakarta, 30 November - 2 Desember 2018. 

Selama kegiatan tersebut digelar rangkaian acara seperti fashion show, workshop class, bazar, hingga screening film seputar fashion. Penyelenggaraan EFWI ini adalah kali pertama diselenggarakan pada 2018, tujuannya adalah untuk melestarikan kekayaan seni tekstil Indonesia melalui metode yang ramah lingkungan.

"Eco Fashion Week ini adalah yang pertama kali di Indonesia dan Asia. Selain itu, perlu untuk diingat bahwa eco fashion bukan hanya sekadar konsep fashion yang menggunakan bahan alami, tapi juga suatu konsep fashion yang memiliki kepedulian terhadap keberlangsungan kehidupan di bumi. Di situ ada isu tentang perubahan iklim, gerakan konservasi dan pemberdayaan masyarakatnya berbasis komunitas," jelas desainer Merdi Sihombing yang merupakan inisiator EFWI, pada pembukaan Eco Fashion Week Indonesia 2018 di Aula Stovia, Jakarta.

Ditemui di tempat sama, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT) Kemendes PDTT Samsul Widodo mengatakan bahwa EFWI bertujuan untuk memperkaya referensi fashion masyarakat lewat karya-karya ethical yang dibuat langsung masyarakat di daerah tertinggal, seperti tenun ikat Alor dan tenun ikat Rote Ndao.

“Bersama Bang Merdi, kami mengembangkan konsep live in designer, di mana para desainer tinggal bersama para penenun yang ada di daerah tertinggal untuk memberikan pendampingan teknik menenun dan pewarnaan alami dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal sehingga ramah lingkungan dan diterima di pasar modern,” ujar Samsul. 

Sebelumnya, Ditjen PDT bersama Merdi Sihombing telah melakukan pelatihan peningkatan kapasitas kepada para penenun di Desa Umapura, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor pada 23 Agustus 2018 dan di Desa Anarea, Kecamatan Ndao Nuse, Kabupaten Rote Ndao pada 6 November 2018.

“Para penenun binaan Ditjen PDT di Kabupaten Alor dan Kabupaten Rote Ndao kami datangkan langsung ke Jakarta dan mendapatkan tempat duduk di front row untuk menyaksikan langsung hasil karyanya. Sehingga kedepan hal ini akan memacu semangat para penenun di daerah tertinggal untuk berkarya,” jelas Samsul.

Total ada 4 penenun yang dihadirkan langsung dalam ajang EFWI, 2 penenun dari Kabupaten Alor dan 2 penenun dari Kabupaten Rote Ndao. Menurut Samsul seluruh biaya akomodasi para penenun selama di Jakarta difasilitasi oleh Ditjen PDT. Para penenun ini menempuh waktu perjalanan 6-9 jam dari desanya untuk bisa sampai ke Jakarta.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bangkitnya Kebaya Menjadi Fashion Terkini

Jumat, 21 November 2025 | 21:45 WIB
X