Ruwatan di Sastra Bulan Purnama

Photo Author
- Jumat, 10 Juni 2022 | 20:50 WIB
Cicit Kaswami. (Foto: Istimewa)
Cicit Kaswami. (Foto: Istimewa)

DRAMA bahasa Jawa ‘Ruwat’ karya Cicit Kaswami akan mengisi Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 129, di Pendapa Tembi Rumah Budaya Timbulharjo Sewon Bantul, Selasa (14/6/2022) pukul 15.00 WIB. Pementasan oleh Kelompok Kembang Adas, yang sudah beberapa kali mementaskan karya Cicit Kaswami, yang sekaligus bertindak sebagai sutradara.

Pemain terdiri dari Ami Simatupang, Budi Wahyono, Eko Yuwono, Gati Andoko, Hani, Henricus Benny Handriono, Imam Widoyoko, Julak Imam, Lia Voice, Lisa Sulistyowati, Martini, Nunung Rieta, Patah Anshori, Purwanti, Rina Nikandaru, Triyono R, Yustina Wening. Iringan musik A ri Tedjo, Otok Bima Sidharta, Ifan dan Wanto.

Koordinator Sastra Bulan Purnama Ons Untoro menjelaskan, selama ini SBP banyak diisi sastra Indonesia puisi dan cerpen. Untuk sastra Jawa geguritan dan cerita cekak. “Baru kali ini drama bahasa Jawa mengisi SBP,” kata Ons Untoro, Jumat (10/2/2022).

Cicit Kaswami banyak menulis karya sastra Jawa, cerkak dan naskah drama. Beberapa naskahnya sering dipentaskan di beberapa tempat pertunjukkan di Yogya. Dalam usia tak lagi muda 70 tahun, masih terus menulis karya dalam bahasa Jawa.

Ons Untoro menambahkan, SBP memasuki edisi 129 penyelenggaraan setiap bulan, berarati suah lebih dari 10 tahun.Selama lebih dari 10 tahun penyair dari berbagai kota telah mengisi membacakan puisi karya masing-masing.

Sebelum pandemi covid 19 merebak, SBP malam hari sehingga bulan purnama menghiasi. Selama pandemi, secara digital live di youtube. Mulai Oktober 2021 peluncuran buku puisi karya Dedet Setiadi, SBP diselenggarakan secara offline dan dilakukan sore hari pukul 15.00-18.00, sesuai prokes.

Sementara Ami Simatupang, salah seorang pemain, dan juga aktif di teater Stemka Yogyakarta menyampaikan, dalam tradisi Jawa, ada sejumlah kebiasaan yang dilakukan oleh umat manusia untuk memperoleh keselamatan dan kedamaian dalam hidup. Ruwat merupakan tradisi Jawa untuk menghindarkan umat manusia dari kesengsaraan yang disebabkan oleh keteledoran dalam melakukan adat istiadat yang sudah ditanamkan oleh nenek moyang.

Untuk menghindari hal-hal buruk yang dapat menimpa diadakanlah acara ruwat dengan menanggap wayang dengan lakon ‘Murwakala’. Yang menceritakan bagaimana para Dewa mengutus Batara Wisnu untuk menyelamatkan manusia di bumi yang akan dimangsa Batara Kala, yang salalu merasa lapar. Drama ini mengceritakan umat manusa yang akan dimakan oleh Batara Kala. (War)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lima Fakta Menarik Film Timur untuk Isi Liburan

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:45 WIB

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB
X