Novel 'Mengejar Angin Pusar' Mengungkap Misteri Bom Bali I

Photo Author
- Rabu, 14 Oktober 2020 | 19:50 WIB
IB Shakuntala (kanan) saat diwawancarai moderator Kunto. (Istimewa)
IB Shakuntala (kanan) saat diwawancarai moderator Kunto. (Istimewa)

BOM Bali sudah lewat 18 tahun lalu, namun peristiwa masih menyimpan beribu misteri. Novel "Mengejar Angin Pusar" karya IB Shakuntala adalah sebuah kisah yang terpendam hampir dua dasawarsa yang luput dari liputan media massa mana pun. IB Shakuntala yang berprofesi sebagai ilustrator dan menyebut dirinya "Seniman Forensik" ini memang digandeng aparat untuk mebuat sktsa wajah pelaku Bom Bali. Dari sanalah kemudian ia menuangkannya ke dalam sebuah novel.

Membaca novel ini Anda akan memahami mengapa tragedi itu terungkap dalam waktu yang relatif singkat. Ya, karena yang kelihatan dan tak kelihatan, semua terhubung, memberi tuntunan, melalui misteri-misteri kebetulan yang terbentuk oleh pesan-pesan tersembunyi melalui tanda-tanda alam, interaksi antar manusia, dan campur tangan dewata.

Senin (12/10/2020) lalu novel "Mengejar Angin Pusar" dibedah oleh Lexy Rambadeta (jurnalis peliput bom Bali) dan Fajar Nugros (sutradara film) di Kabar Baik Eatery, Jl Pamularsih Ngabean Wetan Yogya. Acara ini juga disiarkan via Zoom dan Youtube.

"Saya pernah bertanya, apa yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali? Jawabannya adalah Selat Bali. Lalu pertanyaan saya ganti, apa yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Bali? Jawabannya sama: Selat Bali. Memisahkan dan menghubungkan adalah kunci dalam hidup ini. Berbahagialah kita yang sadar bahwa semua materi yang eksis di muka bumi ini semuanya terhubung, tak terpisahkan. Tuhan, alam, dan manusia adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan," terang Shakuntala saat ditemui di tempat acara.

Bagi masyarakat Pulau Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu akan lebih memahami hal itu dalam ajaran Tri Hita Karana. Secara pribadi IB Shakuntala memahaminya sebagai Tri Tunggal. Jika ia lalu menuliskan nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran itu, maka dirinya akan kehabisan kata-kata sebab pemahaman manusia terbatas, dan hanya akan terjebak pada definisi-definisi yang tak mudah dipahami. IB Shakuntala lalu mengutip Max Planch seorang fisikawan,: sains dan teknologi pun tidak sanggup memecahkan misteri terbesar alam, sebab di akhir penelusuran, kita sendiri yakni manusia, adalah bagian dari misteri yang akan dipecahkan.

"Itulah sebabnya saya menuliskannya dalam bentuk sebuah novel "Mengejar Angin Pusar" ini, agar nilai-nilai itu memiliki ruang dan waktu. Itu sebabnya novel ini saya tempatkan dengan latar belakang peristiwa yang mendunia: Bom Bali I," tandas Shakuntala.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lima Fakta Menarik Film Timur untuk Isi Liburan

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:45 WIB

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB
X