YOGYA, KRJOGJA.com - Kondisi pandemi, Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta tetap mengadakan pergelaran kethoprak. Tetapi bukan pergelaran luring, melainkan daring. Pergelaran secara daring ini justru jangkauan penontonnya lebih luas.
"Pergelaran secara daring tanggungjawabnya lebih berat," ungkap Koordinator dan Sutradara Kethoprak RRI Yogyakarta Sugiman Dwi Nurseto, Minggu (27/3/2022).
Sebab pergelaran daring bisa ditonton oleh siapa saja, dari mana saja dan kapan saja. Sementara penonton kethoprak RRI Yogyakarta sudah terbentuk, ada penggemarnya sendiri. Ketika mereka menonton sudah mempunya bekal, cerita ini pasti nanti penyajiannya begini, ada adegan begini dan sebagainya. Perlu kehati-hatian, kecermatan agar bisa memberi kepuasan kepada penonton, cerita lebih logika dan bisa diterima.
Sugiman merasa perlu untuk menimba ilmu dari para senior, yang dengan senang hati menularkan ilmu dan pengalamannya untuk kemajuan Kethoprak RRI Yogyakarta.
Baik untuk siaran audio maupun panggung. Selain berguru kepada senior, Sugiman juga mencari rujukan dari buku dan bacaan lainnya. Sugiman mengaku sejak masih SD gemar membaca sampai sekarang. Setelah dewasa berlanjut, membeli buku-buku untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Mendapat kepercayaan menangani Kethoprak RRI Yogyakarta tentu bukan datang begitu saja. Ada proses. Menurut Sugiman, sejak kecil sudah menyukai siaran kethoprak di radio.
Sugiman anak-anak ingin menjadi seniman tari kalau sudah dewasa. Kelas 4 SD sudah mengikuti lomba tari dan menjadi juara. Sampai masuk SMP juga masih sering menari dan ikut lomba. Kesukaan Sugiman lainnya, adalah menggambar.
Awal berkecimpung di dunia kethoprak, ketika desanya akan menyelenggarakan pergelaran kethoprak Agustusan di tahun 1987. Tahun itu juga Sugiman bergabung dengan Kethoprak Agung Budiaji untuk siaran di TVRI Yogyakarta, waktu itu membawakan cerita Patih Harya Bahak.
Tahun 1990 mulai menulis naskah kethoprak untuk siaran di RRI Yogyakarta. Bukan kethoprak RRI tapi kethoprak dari luar, karena ada jatah bagi kethoprak dari luar untuk siaran di RRI Yogyakarta.Tahun 1995 mulai terlibat dalam lomba kethoprak antar kabupaten se-DIY , tergabung dalam Kontingen Sleman.
Pada lomba tahun 2005 berhasil menjadi pemain dan sutradara terbaik tingkat Kabupaten Sleman dan DIY. Tahun 2006 tidak ada lomba karena waktu itu ada gempa bumi. Tahun 2007 kembali menjadi sutradara terbaik tingkat DIY.
Menurut Sugiman, tahun 2006 dirinya mulai diminta membantu Kethoprak RRI Yogyakarta sebagai pemain. Tahun 2007 menjadi karyawan RRI Yogyakarta. Kemudian tahun 2015 mendapat tugas mengkoordinir Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta.
Menulis naskah untuk siaran audio maupun panggung. Menurut Sugiman, tantangannya banyak. Akan tetapi tetap berusaha mempertahankan ciri khas Kethoprak RRI Yogyakarta yaitu Kethoprak Mataram klasik konvensional, dengan gendhing, keprak dan tembang yang sudah tertata. Meskipun begitu, seiring perjalanan zaman, ada pula bumbu-bumbunya. Juga penyesuaian dalam durasi hanya dua sampai tiga jam. (War)