hiburan

Arca Siluman Macan 771 Tahun Muncul di 'Akar Hening di Tengah Bising' FKY

Kamis, 24 September 2020 | 11:30 WIB
Arca Siluman Macan. (Istimewa)

YOGYA, KRJOGJA.com - Pameran Seni Rupa Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2020 bertajuk Akar Hening di Tengah Bising menjadi salah satu hal spesial. Museum Sonobudoyo disulap menjadi ruang pamer yang bisa dinikmati dari manapun melalui format digital 360 karena keterbatasan kunjungan di masa pandemi Covid ini.

33 seniman terlibat dalam pameran ini, mereka memuaskan hasrat berkarya dalam medium karya lukisan, patung, instalasi, fotografi, audio visual, dan performance. Nama-nama menarik pun terlibat seperti Tedjo Badut, Wok The Rock, Timoteus Anggawan Kusno, Yuli Prayitno, Popok Tri Wahyudi, Ampun Sutrisno, Wimo Ambala Bayang, Wisnu Auri, Nanik Indarti, Yuvita Dwi Raharti, Andreas Siagian, FA Indun, Fitri DK, Ferial Affif, Alie Gopal, Ficky Tri Sanjaya dan Aik Vela Prastica, Chrisna Fernand Handiwirman, Abdi Setiawan, Bioscil, Pewarta Foto, Marten Bayu Aji, Chandra Rosellini, Widi Pangestu, Terra Bajhraghosa, Kokok P Sancoko, Galih Johar, S. Teddy Darmawan, Pupuk Daru Purnomo, Sugeng Oetomo, Ignasius Kendal, hingga The Freak Show Men.

Salah satu kurator FKY 2020 Lisistrata Lusandiana mengungkap, karya para seniman yang dipamerkan berangkat dari semangat Akar Hening di Tengah Bising. Pemilihannya pun melalui pertimbangan yang mengkombinasikan unsur rasional dan instingtif.

“Kami memilih para seniman ini karena melihat greget karyanya, stamina dalam berkaryanya, karyanya itu sendiri, laku kekaryaannya, serta statement dan cerita dari karya itu,” ungkapnya pada wartawan.

Selain karya luar biasa para seniman, penikmat seni akan dikejutkan dengan satu karya berupa Arca Siluman Macan, yang ditutup. Pengunjung bisa melihat lebih dekat melalui QR code yang terhubung dengan siluman.tanahruncuk.org, tepat setelah keluar dari pintu pameran.

Arca Siluman Macan tersebut ditelusuri berasal dari tahun 1171 Saka atau 1249 Masehi. Arca yang memiliki detail menarik tersebut berasal dari Gono Manggolo Sangid yang letaknya masih menjadi misteri hingga kini.

Arca tersebut sangat lama menghilang sejak dibawa Henry Irving pada periode 1900-an dan akhirnya muncul di Museum of The Tropica Orientalia (MoTTA) pada 2017 saat mereka kesulitan pembiayaan. Akhirnya arca Siluman Macan tersebut bisa kembali ke Indonesia pada tahun 2020 melalui kerjasama penitipan perawatan pada Center for Tanah Runcuk Studies.

Patung ini menarik karena bentuknya identik dengan citraan Siluman Macan dalam prosesi ritual Rampog Siluman di Tanah Runcuk (siluman.tanahruncuk.org). Beberapa persepsi muncul mengaitkan siluman macan dengan iblis yang harus dibasmi, namun berbeda dengan citraan di situs Gono Manggala Sangid yang justru menempatkan Siluman Macan sebagai roh pelindung penjaga keharmonisan semesta.

Direktur Kreatif FKY, Gintani Nur Apresia Swastika menambahkan, pameran seni rupa ini memberlakukan tiga sesi kunjungan langsung yakni sesi I pukul 10.00 - 12.00 WIB, sesi II pukul 13.00 - 15.00 WIB, dan sesi III pukul 16.00 - 18.00 WIB. Selama penyelenggaraan FKY juga menghadirkan instalasi tata cahaya di luar gedung Museum Sonobudoyo yang bisa dinikmati pengunjung tanpa masuk ke ruang pameran pada pukul 18.00-19.00 WIB.

"Karena di tengah pandemi kami harus melaksanakan kegiatan sesuai protokol kesehatan yang ada, akan diberlakukan aturan selama kunjungan langsung ke pameran, seperti pemeriksaan suhu tubuh, pengaturan jarak orang, durasi lama kunjungan, dan jumlah pengunjung maksimal 30 per sesi. Registrasi bisa dilakukan melalui website fkymulanira.com/pameran,” ungkap dia. (Fxh)

Tags

Terkini

Lima Fakta Menarik Film Timur untuk Isi Liburan

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:45 WIB

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB