Saya mengajak diri saya dan kita semua untuk selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena takwa kepada Allah adalah bekal terbaik dalam kehidupan ini.
Hadirin yang berbahagia,
Pada kesempatan Jumat berkah ini, marilah kita bersama-sama merenungkan tentang keutamaan Al-Qur'an, kitab suci yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, sebagai rahmat dan sebagai pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
Tadi malam merupakan malam ke-17, malam di mana alquran diturunkan. Bagaimana sejarah turunnya alquran itu sendiri? Sejarah turunnya Al-Qur'an erat kaitannya dengan periode kenabian Muhammad SAW, yang dimulai pada abad ke-7 Masehi di Mekkah, Arab Saudi.
Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril (Gabriel) dalam rentang waktu sekitar 23 tahun, mulai dari tahun 610 Masehi hingga Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 Masehi. Proses turunnya Al-Qur'an ini terbagi menjadi dua periode utama, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
Sejarah turunnya Al-Qur'an dimulai pada malam yang dikenal dengan Lailatul Qadar, di bulan Ramadan. Nabi Muhammad SAW, yang saat itu berada dalam gua Hira untuk bertafakur, menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Wahyu pertama ini terdiri dari lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq (96:1-5).
Pada periode ini, ayat-ayat yang diturunkan umumnya berkaitan dengan akidah, esensi tauhid, kehidupan setelah kematian, kisah para nabi sebelumnya, dan penegasan tentang konsep dasar Islam.
Selama kurang lebih 13 tahun di Mekkah, banyak surat yang diturunkan untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya yang menghadapi penentangan dan penyiksaan dari kaum Quraisy.
Setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M, wahyu yang diturunkan mulai menitikberatkan pada regulasi sosial, hukum, perang, dan masyarakat. Di Madinah, komunitas Muslim pertama dibangun, dan Al-Qur'an mulai memberikan petunjuk tentang tata cara beribadah, hukum keluarga, etika perang, sistem keuangan, dan banyak lagi.
Periode ini ditandai dengan turunnya ayat-ayat yang lebih panjang dan surat-surat yang membahas tentang pembentukan dan regulasi komunitas Muslim.
Al-Qur'an tidak diturunkan sekaligus dalam satu waktu, melainkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan umat pada waktu itu. Hal ini bertujuan untuk memperkuat hati Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya, serta untuk memberikan petunjuk dan solusi atas masalah yang dihadapi secara aktual dan praktis.
Walaupun wahyu Al-Qur'an telah lengkap diturunkan selama hidup Nabi Muhammad SAW, kompilasi ayat-ayat tersebut menjadi satu mushaf (kitab) dilakukan setelah wafatnya Nabi.
Pada masa khalifah Abu Bakar As-Siddiq, dikumpulkanlah hafalan dan tulisan yang berpencar menjadi satu mushaf untuk mencegah hilangnya ayat-ayat Al-Qur'an akibat gugurnya para hafiz dalam peperangan.
Kompilasi ini kemudian disempurnakan pada masa khalifah Utsman bin Affan, yang mengirimkan salinan mushaf ke berbagai wilayah kekuasaan Islam dan memerintahkan penghancuran semua versi lain untuk menjaga keseragaman teks Al-Qur'an.
Khutbah Kedua