historia

Pejuang Emansipasi Wanita, Siapakah Kartini?

Senin, 21 April 2025 | 08:30 WIB
foto ilustrasi R.A Kartini

KRjogja.com - Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April. Biasanya sekolah-sekolah akan merayakan Hari Kartini dengan meriah. Sebenarnya, siapakah Ibu RA Kartini itu?

RA Kartini atau Raden Ajeng Kartini adalah putri dari keluarga bangsawan Jawa. Ayahnya yang bernama Raden Mas Adipati Sosroningrat adalah seorang Bupati Jepara.

Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Di zaman ketika Kartini hidup, perempuan adalah kaum terbelakang. Perempuan hanya boleh sekolah hingga usia 12 tahun. Sesudahnya mereka akan dipingit dan menunggu waktu untuk dinikahkan.

Baca Juga: Efisiensi Anggaran, 27 Misi Diplomatik Asing Amerika Termasuk di Indonesia Bakal Ditutup?

Kartini adalah perempuan yang cerdas. Meski dipingit, ia tidak berhenti belajar. Kartini tidak tinggal diam di rumah. Ia menulis surat kepada teman-teman korespondensinya di Belanda. Surat-surat itu kemudian dikenal dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Dia kerap menolak untuk dinikahkan. Berdasarkan buku Kartini: Sebuah Biografi, Sitisoemandari Soeroto, Myrtha Soeroto, (2011), Kartini memiliki cita-cita besar untuk meningkatkan status dan hak-hak perempuan, khususnya di kalangan masyarakat Jawa pada masa itu.

Setelah berulang kali menolak dinikahkan, akhirnya kartini dijodohkan dan dipaksa menikah dengan Bupati Rembang, Kanjeng Raden Mas Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 12 November 1903.

Baca Juga: Bukti Kuat Kehidupan Alien di Planet Lain Ditemukan, Ada Manusia Masa Depan?

Sebelum menikah, Kartini mengajukan beberapa syarat yang mengedepankan kesetaraan gender. Salah satunya, ia tidak ingin melakukan prosesi adat dengan berjalan jongkok, berlutut, hingga mencium kaki suami.

Selain itu, ia juga mengajukan syarat untuk dibuatkan sekolah khusus perempuan dan menjadi guru di Rembang. Syarat-syarat tersebut kemudian disetujui suaminya. Dari situlah perjuangan Kartini untuk memajukan emansipasi perempuan makin berkembang.

Kartini berusaha membawa perempuan menuju posisi yang lebih tinggi. Bahwa perempuan tidak hanya berurusan dengan dapur dan kasur. Seorang perempuan haruslah cerdas, bisa baca tulis, dan berani menentukan nasibnya sendiri. Dengan begitu akan tercipta generasi selanjutnya yang lebih baik.

Baca Juga: Muhammadiyah Mitra Strategis Dalam Berbagai Bidang Pembangunan

Sayangnya Kartini tidak berumur panjang. Dia meninggal pada usia 25 tahun. Meski dia meninggal, pemikiran dan perjuangannya untuk mengentaskan perempuan dari kungkungan patriarki dan keterbelakangan terus diakui. Pemikirannya diterbitkan menjadi buku. Kartini juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada tahun 1964.

Hingga saat ini Kartini dikenal sebagai sosok pahlawan yang memperjuangan emansipasi perempuan Indonesia supaya terbebas dari kungkungan patriarki. (*)

Tags

Terkini

21 November, Selamat Hari Ikan Nasional

Jumat, 21 November 2025 | 17:30 WIB

Sejarah Majapahit dalam Serat Babad Tanah Jawi

Kamis, 6 November 2025 | 17:30 WIB

22 Oktober, Hari Santri Nasional

Rabu, 22 Oktober 2025 | 09:50 WIB

Gerakan 30 September, Sejarah Kelam Indonesia

Selasa, 30 September 2025 | 12:10 WIB

Pejuang Emansipasi Wanita, Siapakah Kartini?

Senin, 21 April 2025 | 08:30 WIB