Krjogja.com - KHARTOUM - Kepala paramiliter Rapid Support Forces (RSF) atau Pasukan Pendukung Cepat Sudan Mohamed Hamdan Dagalo mengklaim telah merebut sebagian besar situs resmi Khartoum setelah bentrokan meletus antara kelompok bersenjatanya dan militer negara itu pada Sabtu 15 April 2023.
"Pasukan Rapid Support Forces (RSF) mengendalikan lebih dari 90 persen lokasi strategis di Khartoum," kata Dagalo dalam wawancara dengan Sky News Arabia, mengacu pada kelompok paramiliternya.
Pemimpin militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, membantah klaim Dagalo dan mengatakan militer telah mempertahankan kendali atas situs-situs pemerintah.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Dagalo – juga dikenal sebagai Hemedti – menggambarkan Burhan sebagai "penjahat", menuduhnya menghasut pertempuran pada hari Sabtu, yang menyebabkan tiga kematian warga sipil dan puluhan lainnya luka-luka.
Mengutip laporan CNN dari Sudanese Central Medical Committee (Komite Medis Pusat Sudan), Minggu (16/4/2023), setidaknya 25 orang tewas, sementara 183 lainnya terluka dalam bentrokan yang sedang berlangsung di seluruh Sudan saat kelompok paramiliter mengklaim menguasai istana presiden pada Sabtu 15 April.
Di antara yang tewas adalah tiga staf PBB, yang ditembak saat kedua belah pihak baku tembak di sebuah pangkalan militer.
Bentrokan bersenjata dilaporkan terjadi di seluruh Khartoum, termasuk di istana kepresidenan dan markas tentara ibu kota. Sumber medis di sebuah rumah sakit di pusat Khartoum mengatakan kepada CNN Sabtu sore bahwa rumah sakit tersebut telah menerima puluhan warga sipil dan personel militer yang terluka dalam beberapa jam terakhir.
Militer Sudan mengatakan Rapid Support Forces (RSF) yang disebut militer negara sebagai milisi pemberontak, dilaporkan menyusup ke bandara Khartoum dan membakar pesawat sipil.
[crosslink_1]
"Kepada rakyat kami yang terhormat, pasukan pemberontak terus melanjutkan siklus rencana pengkhianatan dan serangan terhadap negara kami dan kedaulatan nasionalnya. Sejak (Sabtu) pagi ini, militer telah berjuang dengan nyawa mereka untuk hak dan martabat bangsa kita," kata Juru Bicara Resmi Angkatan Bersenjata Sudan dalam sebuah pernyataan.
Kenaikan kekuasaan Dagalo yang meroket dimulai ketika dia menjadi pemimpin pasukan Janjaweed yang terkenal di Sudan, yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dalam konflik Darfur pada awal tahun 2000-an. Kelompoknya juga menewaskan sedikitnya 118 orang dalam protes pro-demokrasi pada Juni 2019 setelah pasukan melepaskan tembakan ke aksi duduk damai.
Tentara Sudan menuduh RSF "berkomplot" melawan negara itu, dan menuntut pembubarannya.
"Tidak akan ada negosiasi atau dialog sebelum membubarkan milisi pemberontak Hemedti," kata tentara Sudan dalam sebuah pernyataan yang juga mengeluarkan poster buronan untuk Dagalo, menyebutnya sebagai "buronan kriminal".(*)