Pakar Ragukan Jumlah Kematian Gelombang COVID-19 Baru di China

Photo Author
- Minggu, 22 Januari 2023 | 12:43 WIB
Perempuan bermasker mengambil foto saat pengunjung melewati lentera di gang perbelanjaan dekat Danau Houhai untuk merayakan Tahun Baru Imlek di Beijing, Senin, 16 Januari 2023
Perempuan bermasker mengambil foto saat pengunjung melewati lentera di gang perbelanjaan dekat Danau Houhai untuk merayakan Tahun Baru Imlek di Beijing, Senin, 16 Januari 2023

Krjogja.com - JAKARTA - Pensiunan Wang Fugang, 70, tiba-tiba kehilangan ibunya yang sudah lanjut usia karena COVID-19 pada awal tahun.


Dia adalah salah satu dari hampir 60.000 yang meninggal di rumah sakit selama gelombang COVID-19 terbaru China. Tubuhnya masih terbaring di kamar mayat. "Pemerintah kota akan membuat pengaturan lain untuk kematian di rumah sakit," kata Wang, yang sedang menunggu pihak berwenang untuk memberi tahu dia kapan jenazah akan dikremasi.


"Jadwal kremasi tidak pasti. Kami akan mendapatkan pemberitahuan dalam waktu 90 hari. Ketika mereka memanggil kita, mereka akan memberi tahu kita ke mana harus pergi untuk mengumpulkan abunya. Tidak ada rencana untuk bangun."


China pada Sabtu (14 Januari) melaporkan hampir 60.000 kematian terkait COVID antara 8 Desember tahun lalu dan 12 Januari, penghitungan besar pertama sejak pemerintah melonggarkan kebijakan nol-COVID-nya.


Jumlah korban juga termasuk kematian akibat penyakit lain yang mendasarinya selain gagal napas, setelah kritik luas terhadap definisi sempit Beijing tentang kematian COVID-19.


Tetapi para ahli mengatakan data terbaru masih kurang mewakili tingkat keparahan wabah, demikian seperti dikutip dari Channelnewsasia, Sabtu (21/1/2023).


"Masih ada kesenjangan besar antara jumlah kematian yang dilaporkan dan perkiraan internasional," kata Dr Huang Yanzhong, peneliti senior untuk kesehatan global di Council on Foreign Relations.


"Jika Anda membagi 60.000 kematian ini dengan jumlah rumah sakit yang merawat kasus-kasus ini, setiap minggu, rata-rata, hanya satu pasien yang meninggal. Itu tampaknya tidak konsisten dengan bukti anekdotal." (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB
X