PRANCIS, KRJOGJA.com - Majalah Charlie Hebdo menegaskan materi yang diterbitkan memang dikhususkan untuk melawan Islamisme, intoleransi, penindasan dan bentuk-bentuk politik Islam yang dinilai mengancam praktik demokrasi di Prancis.
"Kita membutuhkan tindakan yang kuat untuk menghentikan Islamisme, tetapi juga untuk mengutuk tindakan sekecil apapun, kata-kata yang tidak toleran atau penuh kebencian terhadap orang-orang Prancis dari latar belakang imigran," demikian isi editorial Charlie Hebdo yang ditulis oleh sang editor, Riss.
Menurut editorial itu Prancis tidak terbagi antara Muslim dan non-Muslim, antara beriman dan non-Muslim, antara orang-orang asal Prancis dan orang Prancis berlatar belakang imigran. Namun Prancis terbagi antara demokrat dan anti-demokrat.
Sirkulasi majalah Charlie Hebdo di Prancis terbilang sempit dan kecil. Bagi sebagian penduduk setempat, isinya pun dinilai menjijikan atau kadang terlampau ekstrem.
Akan tetapi, warga Prancis membiarkan mereka karena kebebasan berpendapat di negara itu dijamin dalam undang-undang. Majalah itu menarik perhatian dunia ketika mencetak ulang karikatur Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya dimuat lebih dulu oleh majalah Denmark pada 2005. (*)