PARIS (KRjogja.com) - Dua bulan menjelang pemilu Prancis, dua kandidat capres yang punya peluang besar memenangi pilpres, digoyang sejumlah isu. Setelah politisi partai kanan Marina Le Pen diperkirakan akan gagal menjadi presiden Prancis, dua rivalnya, Francois Fillon dan Emmanuel Macron berpeluang besar menjadi pengganti Francois Hollande.
Namun belakangan ini, Fillon didesak banyak pihak untuk mundur karena istrinya dituding menerima upah tanpa bekerja saat Fillon masih menjabat sebagai anggota DPR Prancis. Fillon sendiri telah membantah tudingan yang ditujukan kepada istrinya. Dia menyebutkan bahwa istrinya saat itu bekerja sebagai asisten pribadinya.
Kasus skandal istri Fillon tersebut sebenarnya sudah diketahui umum jauh sebelum sang capres mencalonkan diri. Namun skandal tersebut kembali diributkan setelah Fillon memenangi pemilihan pendahuluan di Partai Republik. Bahkan, Fillon kini didesak mundur dan Partai Republik diminta segera mengajukan penggantinya. Apalagi hasil sigi terbaru menunjukkan peluang Fillon untuk memenangi pilpres sangat tipis. Bahkan di kalangan partainya sendiri, popularitas Fillon terus menurun.
Padahal jajak pendapat yang sebelum skandal menyeruak, Fillon diprediksi sebagai favorit pemenang pemilihan presiden yang akan berlangsung pada 23 April mendatang. Sejauh ini, politisi partai kanan tersebut menolak mundur dan berkukuh menyatakan istrinya tak bersalah.
Sementara itu, capres independen Macron juga digoyang sejumlah isu, termasuk serangan berita palsu yang diduga dari Rusia. Dilansir Reuters, Selasa, Rusia telah membantah bahwa berita palsu soal Macron bersumber dari Moskow. Berita palsu soal Macron tersebut menargetkan beragam hal, mulai dari kehidupan pribadi sampai dengan masalah finansial. Salah satu hoax yang disebarkan adalah bahwa Macron seorang gay. (*)