ISLAMABAD (KRjogja.com) – Membunuh atas nama kehormatan di Pakistan lazim terjadi. Kebanyakan korbannya adalah perempuan. Bahkan sampai saat ini, negara belum dapat memberi payung hukum yang setimpal bagi korban dan pelaku.
Salah satu tragedi paling mengerikan terkait budaya tabu ini terjadi sekira enam tahun lalu. Di sebuah pedalaman desa Kohistan, lima perempuan berkerudung dan seorang pria terekam sedang bersenang-senang dalam satu ruangan yang sama.
Para perempuan itu duduk sambil menyanyi dan bertepuk tangan mengikuti irama musik yang mengalun. Sementara pria yang diduga masih saudara mereka, menari di tengah-tengah ruangan, di hadapan para gadis tersebut.
Video yang berdurasi tak sampai satu menit itu kemudian tersebar di dunia maya. Rekaman itu sampai ke telinga ketua adat. Sehari kemudian, semua orang dalam video tersebut menghilang bak ditelan bumi. Tak ada lagi kabar tentang mereka, entah hidup, entah mati.
Demikian rekaman tersebut diyakini sebagai momen terakhir Bazeegha, Sareen Jan, Begum Jan, Amina dan Shaheen berada dalam keadaan hidup. Mereka diyakini telah dibunuh oleh masyarakat setempat tinggal mereka sendiri karena kelakuan mereka dalam video itu dianggap telah memalukan komunitasnya.
“Apa yang terjadi pada mereka tetap misteri. Nasib mereka diselimuti oleh budaya tabu, kelambanan pejabat, perlawanan tak terbantahkan dari orangtua dan pemuka agama yang diduga memerintahkan pembunuhan terhadap mereka. Masalah ini semakin pelik berkat dalih rumit dari anggota keluarga para korban sendiri yang dilaporkan justru andil dalam eksekusi pembunuhan mereka ,†demikian pewartaan Washington Post, Minggu (18/12/2016).
Berdasarkan berita acara di pengadilan dan hasil penyelidikan ditemukan bahwa memang pembunuhan dilakukan oleh keluarga para korban. Mereka memasung para perempuan tersebut ke dalam peti mati selama beberapa pekan. Lalu menumpahkan air mendidih dan bara panas ke atasnya. Dengan cara itu mereka dibunuh untuk selanjutnya dikuburkan di suatu tempat di Bukit Kohistan. (*)