INDIA (KRjogja.com) - Produsen-produsen jet tempur dari seluruh dunia berebut proyek pengadaan armada udara baru India yang nilainya fantastis. Namun ada satu syarat yang memberatkan perusahaan-perusahaan tersebut, yaitu proses produksi yang sebagiannya harus dilakukan di dalam negeri.
Ben Moores, ahli pertahanan dan penerbangan di lembaga IHS Jane’s mengatakan India telah menyebarkan pengumuman tender ke beberapa perusahaan senjata di seluruh dunia. Menurut Moores, nilai tender tersebut mencapai US$12 miliar atau lebih dari Rp156 triliun.
“India siap membayar US$56 hingga US$80 juta per pesawat untuk 150 jet tempur,†kata Moores.
Namun Perdana Menteri India Narendra Modi menginginkan sebagian produksi dilakukan di dalam negeri, sebagai bagian dari program “Make in Indiaâ€. Syarat ini dianggap ganjalan bagi mulusnya proses tender pengadaan senjata.
Syarat inilah yang membuat perusahaan jet tempur Perancis, Dassault, harus melalui negosiasi panjang dengan India untuk pembelian 126 jet tempur Rafale. Akhirnya, Dassault hanya menyanggupi pengadaan 36 jet tempur karena harus melibatkan unsur dalam negeri dalam produksinya.
Produsen jet dari Swedia, Saab mengaku siap memenuhi persyaratan India tersebut dalam tender kali ini. “Kami siap memberikan solusi di bawah program ‘Make in India’,†kata juru bicara Saab, Sebastian Carlsson, yang mengaku telah menerima surat tender dari pemerintah India.
Carlsson mengatakan perusahaannya telah berhasil mengirim jet tempur Gripen ke Brasil. Dalam kerja sama dengan Brasil, Saab mentransfer teknologi ke perusahaan lokal termasuk memberi pelatihan kepada para teknisi dalam negeri. Cetak biru kerja sama ini juga bisa diterapkan dengan India. (*)