MOSUL (KRjogja.com) - Kelompok teroris dilaporkan telah melibatkan sedikitnya 800 anak dalam perang di Mosul. Bermodalkan senapan mesin, pistol genggam, dan senapan laras panjang, anak-anak tersebut disiagakan di jalan-jalan, di seluruh penjuru Mosul, Provinsi Niniweh.Â
Demikian kata Narasumber terpercaya Fars News, Selasa (18/10/2016). Taktik memakai anak-anak sebagai tameng hidup memang sudah menjadi ciri khas ISIS. Mereka bukan anak-anak biasa, tetapi diculik dari keluarganya dan dilahirkan para pengantin militan untuk mengangkat senjata dan menjadi teroris cilik.
Padahal dalam Hukum Humaniter Internasional telah ditegaskan, tentara anak terhitung dalam kejahatan perang. Dalam hal ini, jelas ISIS telah melakukan pelanggaran HAM, khususnya hak asasi anak. ISIS juga melanggar konvesi hukum ILO soal pekerja anak. Pertempuran di Mosul telah dimulai sejak Senin 17 Oktober waktu setempat.Â
Irak bersama total 94 ribu pasukannya mengepung seluruh desa dari bagian terluar di timur, selatan, dan utara. Hanya ada satu celah dibuka, pintu keluar di barat yang mengarah ke padang gurun luas. Di sana, kapal nirawak pasukan koalisi antiteror pimpinan Amerika Serikat telah mengambil posisi untuk menembaki setiap teroris yang berusaha melarikan diri.Â
ISIS yang diperkirakan jumlahnya tak lebih dari 7.000 pasukan jelas kalah jumlah. Namun Mosul adalah benteng pertahanan terakhir mereka di Irak, sehingga dipastikan kelompok teroris itu akan mati-matian mempertahankannya. Belum diketahui bagaimana nasib tentara anak-anak tersebut sejauh ini, tetapi pertempuran sengit telah meletus di timur. Sedikitnya 11 desa berhasil dibebaskan dari ISIS dan lebih dari 20 teroris ditangkap. (*)