SEOUL (KRjogja.com) – Dalam sebuah pembicaraan formal antara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat dan Korea Selatan pada Jumat 8 Juli 2016, keduanya bersepakat untuk bersiap mengerahkan sistem pertahanan misil tingkat tinggi atau Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD).
Keputusan ini diambil mengingat Korea Utara terus menerus melakukan uji coba misil jarak jauh. Misil Musudan, misalnya dikabarkan sudah bisa mencapai daratan Asia dan Pasifik Raya. Itu berarti daya luncurnya sekira 3.500 kilometer jauhnya.
Hal ini menjadi ancaman bagi negara terdekatnya, Korsel. Bukan mustahil, jika dibiarkan mengembangkan senjata pemusnah massal itu, suatu saat Kim Jong-un dan kawan-kawan bisa merealisasikan ucapannya, yakni mengirim merudal AS.
Untuk itu, kedua negara berusaha mengantisipasi kemungkinan itu dengan mulai mencari tempat yang tepat untuk memasang radar sistem pertahanan tersebut. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan, antara lain lokasi militer THAAD harus memuaskan dari segi lingkungan, kesehatan dan memenuhi standar keamanan.
Dalam kesempatan yang sama, dikutip dari Time, Sabtu (9/7/2016), Komandan Pasukan VIII AS di Korsel, Letjen Thomas S Vandal mengatakan, ambisi Korut mengembangkan senjata pemusnah massal sudah menjadi suatu modal yang memungkinkan negara di sekitarnya waspada, dan membangun sistem pertahanan untuk melindungi negaranya. Dalam hal ini, ia menegaskan THAAD adalah strategi pertahanan terpenting yang mereka miliki saat ini.
Meski begitu, diyakini jika kompleks militer untuk THAAD sudah rampung kelak, sistem pertahanan itu bukan hanya akan membuat Korut semakin panas hati. Akan tetapi, ketegangan hubungan yang sama, akan berimbas ke China dan Rusia juga. (*)