Krjogja.com - Washington DC - Amerika Serikat (AS) meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah selama hampir setahun terakhir, dengan sekitar 40.000 pasukan, sedikitnya selusin kapal perang, dan empat skuadron jet tempur angkatan udara yang tersebar di seluruh wilayah untuk melindungi sekutu dan bertindak sebagai pencegah terhadap serangan.
Hal itu diungkapkan sejumlah pejabat AS. Seiring eskalasi antara Israel dan Hizbullah pekan ini, kekhawatiran pun semakin meningkat bahwa perang habis-habisan dapat terjadi.
Hizbullah mengatakan Israel telah melewati "garis merah" melalui serangan ledakan pager dan walkie talkie terhadap anggotanya. Kelompok itu pun berjanji untuk terus melancarkan serangan rudal ke Israel selama serangan ke Jalur Gaza terjadi.
Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant — yang berbicara berulang kali selama pekan ini kepada Menhan AS Lloyd Austin — telah mengumumkan dimulainya "fase baru" perang, mengalihkan fokus Israel ke garis depan utara untuk melawan Hizbullah di Lebanon.
Sejauh ini, AS belum memberi sinyal akan menambah atau mengubah jumlah pasukan sebagai akibat dari serangan-serangan terbaru, dan sebelumnya sudah ada peningkatan kekuatan di wilayah tersebut.
"Kami yakin dengan kemampuan yang kami miliki saat ini untuk melindungi pasukan kami dan jika perlu, kami juga akan membela Israel," kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh pada hari Kamis (19/9/2024), seperti dilansir AP, Jumat (20/9).
Seorang pejabat militer mengatakan sumber daya tambahan telah membantu AS berpatroli di berbagai wilayah konflik, termasuk operasi yang menargetkan kelompok ISIS di Irak dan Suriah, membela Israel, dan melawan ancaman dari pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman, yang telah menargetkan kapal-kapal komersial di Laut Merah dan meluncurkan rudal balistik ke Israel.
Para pejabat berbicara dengan syarat anonim untuk menjelaskan pergerakan dan lokasi pasukan AS.