Ilmuwan: Gelombang Panas dan Krisis Iklim Jadi Ancaman Nyata bagi Manusia dan Bumi

Photo Author
- Selasa, 1 April 2025 | 15:10 WIB
Ilustrasi gelombang panas.   ((Unsplash/Xurzon))
Ilustrasi gelombang panas. ((Unsplash/Xurzon))


Krjogja.com Jakarta Saat suhu global terus meningkat, menjaga kesejukan bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga menyangkut kesehatan, ekonomi, dan bahkan kelangsungan hidup manusia.

Gelombang panas ekstrem telah menjadi ancaman serius di berbagai belahan dunia, dan para ilmuwan memperingatkan bahwa dampaknya akan semakin parah jika tidak ada tindakan nyata untuk mengurangi emisi karbon.

Mengutip DW Indonesia, Jumat (28/3/2025), menurut para ilmuwan, jika suhu global meningkat 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, sekitar 2,3 miliar orang akan berisiko mengalami gelombang panas ekstrem. Tanpa langkah mitigasi, peningkatan suhu ini diperkirakan terjadi di awal tahun 2030-an.

Baca Juga: Lebaran Kedua 28.530 Penumpang Kereta Turun di Daop 6 Yogyakarta

Saat ini, cuaca panas telah menyebabkan sekitar 12.000 kematian setiap tahunnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan bahwa pada 2030, jumlah kematian akibat dampak panas pada lansia bisa meningkat hingga 38.000 jiwa per tahun.

Gelombang panas juga berdampak pada produktivitas kerja, terutama di sektor yang mengandalkan tenaga fisik. Selain itu, beban ekonomi akibat meningkatnya kebutuhan energi dan layanan kesehatan akibat penyakit terkait panas semakin membebani negara-negara di seluruh dunia.

Saat suhu meningkat, penggunaan air conditioner (AC) menjadi solusi instan bagi banyak orang. Namun, peralatan ini bukan tanpa konsekuensi. AC mengonsumsi banyak energi dan berkontribusi terhadap pemanasan global, baik melalui penggunaan listrik berbasis fosil maupun kebocoran senyawa kimia berbahaya yang merusak lapisan pendingin bumi.

Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Melesu, Apa Penyebab dan Bagaimana Jalan Keluarnya?

“Kita harus keluar dari siklus ini,” ujar Lily Riahi dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada DW.

"Cara kita mendinginkan rumah dan tempat kerja saat ini berkontribusi besar pada perubahan iklim.”

Untuk menghadapi gelombang panas secara efektif, diperlukan solusi pendinginan yang lebih ramah lingkungan. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

Desain bangunan ramah iklim yang menggunakan material reflektif dan ventilasi alami untuk mengurangi kebutuhan pendingin buatan.
Penghijauan perkotaan melalui penanaman pohon dan taman vertikal untuk menurunkan suhu lingkungan.
Teknologi pendinginan inovatif seperti AC berbasis energi terbarukan dan sistem pendinginan pasif yang lebih hemat energi. (*)

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB
X