KRJOGJA.com - Jakarta - Delegasi Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melaksanakan pertemuan dengan U.S. Secretary of Commerce Howard Lutnick dan United States Trade Representative Jamieson Greer pada Rabu (9/7).
Pertemuan ini menjadi langkah penting dalam upaya memperkuat kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump pada 7 Juli 2025, Delegasi Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diterima oleh Pemerintah AS untuk membahas kelanjutan kesepakatan tarif. Hal ini mencerminkan kuatnya komitmen kedua negara untuk menjaga stabilitas hubungan dagang.
Dalam pertemuan tersebut, Menko Airlangga menyampaikan apresiasi atas proses negosiasi yang selama ini berjalan konstruktif dengan pihak AS. Perundingan mencakup isu-isu tarif, hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi.
Baca Juga: Hardjuno Wiwoho: Pansel DK LPS Tak Selaras dengan UU, Berpotensi Timbulkan Masalah Hukum
Indonesia dan AS sepakat untuk mengintensifkan perundingan tarif dalam tiga minggu ke depan untuk memastikan hasil terbaik bagi kedua belah pihak. “Kita sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progres perundingan. Ke depan, kita akan terus berupaya menuntaskan negosiasi ini dengan prinsip saling menguntungkan,” kata Menko Airlangga, dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (10/7).
Airlangga juga menegaskan bahwa hubungan Indonesia dan AS selama ini terjalin sangat baik dan perlu terus diperkuat. “Kita ingin meningkatkan hubungan komersial Indonesia dengan AS. Minggu lalu, perusahaan-perusahaan Indonesia di bidang pertanian dan energi telah menandatangani MoU dengan perusahaan-perusahaan AS untuk pembelian produk unggulan AS dan meningkatkan investasi,” lanjut Airlangga.
Indonesia dan AS juga melihat potensi besar untuk memperluas kerja sama di sektor strategis seperti mineral kritis. “AS menunjukkan ketertarikan yang kuat untuk memperkuat kemitraan di bidang mineral kritis. Indonesia memiliki cadangan besar nikel, tembaga, dan kobalt, dan kita perlu mengoptimalkan potensi kerja sama pengolahan mineral kritis tersebut,” ungkap Airlangga.
Baca Juga: Tersedia di Jawa Tengah dan DIY, Indosat Luncurkan HiFi Air HKM 127+
Indonesia akan melanjutkan negosiasi dengan AS dengan itikad baik, memastikan bahwa kerja sama yang terjalin mampu memberikan manfaat yang nyata bagi kedua negara.
Sementara itu, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengatakan, sejauh ini reaksi pasar terhadap pengumuman tarif baru AS relatif netral, tercermin dari level indeks saham, imbal hasil obligasi, dan nilai tukar Rupiah yang stabil pasca pengumuman.
“Masih ada harapan hingga tenggat 1 Agustus untuk pemerintah negosiasi lebih lanjut dengan AS,” ujarnya.
Baca Juga: Sri Surya Widati Tokoh Penting Dibalik Berdirinya Sekolah AYWS di Bantul
Menurutnya ekspektasinya adalah setidaknya tarif dapat turun ke level yang kompetitif dengan negara tetangga, seperti Vietnam yang telah mencapai kesepakatan dengan AS untuk tarif 20 persen, supaya produk ekspor Indonesia tetap bisa bersaing. Dengan tarif di 32 persen, posisi Indonesia menjadi kalah unggul dengan Vietnam, walau di sisi lain posisi Indonesia lebih baik dibanding dengan negara eksportir lain seperti Bangladesh (tarif 35 persen) dan Kamboja (tarif 36 persen), di mana kedua negara tersebut juga salah satu eksportir garmen terbesar dunia. (Lmg)