KRjogja.com - Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg., aktivis lingkungan asal Swedia, disebut menjadi korban penyiksaan oleh militer Israel setelah penangkapan terhadap armada kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) yang berlayar menuju Gaza.
Israel mencegat armada kapal GSF yang mengangkut bantuan kemanusiaan menuju Gaza dan menahan puluhan aktivis, politikus, serta jurnalis internasional, yang di antaranya adalah Greta.Mereka dideportasi dan melaporkan adanya perlakuan tidak manusiawi terhadap Greta.
Ersin Celik, jurnalis Turki yang ikut dalam Armada Gaza Sumud, memberi kesaksian kepada media lokal mengenai tindakan brutal tentara Israel kepada Greta. Menurutnya, Greta "diseret di tanah" dan "dipaksa mencium bendera Israel".
Baca Juga: Menkeu Purbaya Pangkas Transfer Dana ke DIY Rp 170 Miliar
Di Bandara Istanbul, aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan peserta armada GSF asal Amerika Serikat, Windfield Beaver, memberikan kesaksian yang serupa. Menurut mereka, Greta didorong dengan kasar, diselumi bendera Israel, dan dipamerkan sebagai alat propaganda ketika Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, memasuki ruangan.
Adapun menurut aktivis Turki Aycin Kantoglu, ada penjara dengan tembok yang berlumuran darah dan coretan penuh dari tahanan terdahulu, seolah menyimpan jejak penderitaan mereka.
Pada Sabtu (4/10), 137 penumpang dari kapal-kapal GSF yang dideportasi sampai di Istanbul. Mereka termasuk 36 warga Turki serta aktivis dari AS, Italia, Malaysia, Kuwait, Swiss, Tunisia, Libya, Yordania, dan beberapa negara lainnya.
Baca Juga: KKMP Demangan Perkenalkan Batik Segoro Amarto Reborn dengan Zat Pewarna Alam
Antonio Tajani, Menteri Luar Negeri Italia, mengungkapkan bahwa 26 warga Italia sudah dideportasi dari Israel. Sementara itu, 15 warga lainnya masih ditahan sambil menunggu proses repatriasi.
Kecaman global terus meningkat terhadap Israel setelah angkatan lautnya mencegat puluhan kapal GSF yang mengirim bantuan ke Gaza dan menahan 450 orang di dalamnya.
Banyak pengamat menilai tindakan ini menegaskan kontroversi terkait blokade Israel yang selama ini memutus akses bagi 2,3 juta warga Gaza di tengah upaya genosida berlangsung.
Armada GSF sendiri yang diluncurkan pada akhir Agustus ini adalah upaya internasional terbaru untuk menembus blokade Israel sekaligus menyalurkan bantuan bagi rakyat Palestina.