internasional

Tertutup Lebatnya Hutan, Rahasia Kota Raksasa Suku Maya Terkuak

Senin, 5 Februari 2018 | 10:50 WIB

GUATEMALA, KRJOGJA.com - Sekelompok peneliti menggunakan sebuah teknik pemetaan berteknologi tinggi, berhasil menemukan puluhan ribu artefak yang sebelumnya diduga sebagai berbagai rumah, bangunan, benteng pertahanan, dan piramida peninggalan Suku Maya di balik lebatnya hutan hujan tropis di kawasan Peten, Guatemala.

Temuan itu menduga jutaan manusia pernah mendiami kawasan tersebut, jauh lebih tinggi dari dugaan populasi pada penelitian sebelumnya, yakni sekitar dua juta jiwa.

Dilansir dari laman Time.com pada Minggu (4/2/2018), temuan yang diumumkan oleh aliansi arkeolog Amerika Serikat (AS), Eropa dan Guatemala  pada Kamis, 1 Februari 2018, itu turut menemukan area pertanian  berukuran industri yang dilengkapi dengan sistem kanal terintegrasi.

Menurut penelitian yang didukung oleh Lembaga Sejarah Maya dan Nature Foundation itu, diperkirakan sebanyak hampir 10 juta orang pernah mendiami kawasan lembah Maya. Jumlah populasi sebanyak itu diyakini kuat mendorong adanya produksi pangan secara masif oleh Suku Maya.

"Diperkirakan sebanyak dua hingga tiga kali lopas (populasi) dibandingkan apa yang telah disebut oleh banyak orang selama ini," jelas Marcello A. Canuto, seorang profesor Antropologi di Universitas Tulane.

Teknik pemetaan yang digunakan dalam penelitian terkait adalah LiDAR, yakni singkatan dari Light Detection and Ranging. Cara kerjanya adalah dengan memantulkan sinar laser ke tanah, dan kemudian mengungkap detail kontur di balik pepohonan lebat pada hutan terkait.

Rekam visual tersebut menjelaskan bawa Suku Maya ternyata mengembangkan lanskap pertania lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya. Di beberapa daerah di dalam temuan situs kuno tersebut, bangsa Maya mengalokasikan sebanyak 95 persen areaya untuk pertanian.

"Pertanian mereka jauh lebih intensif dan juga berkelanjutan daripada yang kita duga. Mereka mampu memanfaatkan setiap inci tanah dengan baik," kata Fransisco Estrada-Belli, Asisten Profesor Penelitian di Universitas Tulane, yang juga menyebut telah dikenalnya teknologi mengeringkan kawasan rawa untuk area pertanian.(*)

Halaman:

Tags

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB