JENEWA, KRJOGJA.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis, selama 6 tahun krisis di Suriah, kasus gizi buruk meningkat. Lebih dari 4,3 juta anak laki-laki dan perempuan berusia kurang dari 5 tahun membutuhkan perbaikan gizi, termasuk 73.000 anak-anak yang menderita gizi buruk yang sangat parah.
Kasus gizi buruk misalnya dialami oleh bayi berumur 12 bulan bernama Samer (nama samaran). Ia lahir satu tahun setelah orangtuanya melarikan diri dari rumahnya di Rural Hama akibat peperangan. Namun, situasi di pengungsian tidak sebaik saat ia tinggal di rumah. “Situasi di area pengungsian sangat buruk,†keluh ibunya seperti dikutip dari situs resmi WHO.
“Saya sangat ketakutan, stress, dan selalu kelaparan. Sesekali saya sama sekali tidak menemukan sepotong roti untuk dibagi bersama suami saya. Saya tidak bisa menyusui Samer, dan saya seringkali melihat bayi saya sangat menderita dalam kelaparan yang kami rasakan di sini,†tuturnya.
Samer merupakan satu dari lebih 614.00 anak-anak yang terdeteksi menderita gizi buruk di 445 pusat penanganan gizi buruk yang tersebar di 13 daerah di Suriah. WHO sendiri mendukung program ini dengan menyuplai peralatan dan keperluan pengobatan, serta melaksanakan pelatihan penangan bagi dokter dan karyawannya.
Selama 2016, lebih dari 24.000 anak yang terdiagnosa menderita gizi buruk telah teratasi di pusat-pusat penanganan tersebut. Namun, masih ada jutaan anak yang menderita dan akan terus bertambah jika peperangan tak dihentikan. (*)