internasional

Masa Depan ISIS

Kamis, 27 Oktober 2016 | 14:34 WIB

MOSUL menjadi tempat pertempuran yang sengit dalam minggu-minggu ini. Sekitar 30.000 tentara Irak, pejuang Kurdi (Peshmerga), milisi Syiah dan suku Arab Suni sedang melakukan serangan besar-besaran untuk mengambil kembali Mosul dari tangan the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka dibantu serangan udara koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Mosul merupakan kota terbesar kedua di Irak yang jatuh ke tangan ISIS pada tahun 2014. Banyak pengamat mengatakan, pertempuran ini akan memakan waktu beberapa minggu. Bahkan tidak menutup kemungkinan, berbulan-bulan.

Lamanya pertempuran ini tidak bisa dilepaskan dari kekuatan yang dimiliki ISIS di Mosul. Menurut data intelijen Pemerintah Irak, kekuatan ISIS di Mosul mencapai angka 5.000 sampai dengan 6.000 pasukan. Tidak hanya itu, penyebab lain beratnya medan pertempuran di Mosul adalah banyaknya barikade yang dipasang ISIS. Penumpasan terhadap ISIS yang diawali 17 Oktober ini telah mendapatkan dukungan dari 60 negara. Pertemuan telah dilakukan di Jerman dan Prancis, bulan ini.

Dukungan besar yang diberikan dunia internasional mengisyaratkan bahwa ISIS menjadi musuh bersama yang harus segera diselesaikan secepatnya. Dukungan negara-negara besar tersebut diberikan tidak hanya untuk menghancurkan ISIS di Mosul, tetapi juga di Raqqa, Suriah. Raqqa merupakan kota yang diklaim oleh ISIS sebagai 'ibukota' ISIS pada tahun 2014. Artinya, setelah menghancurkan ISIS di Mosul, maka pekerjaan berikutnya adalah mengusir ISIS di Raqqa. Bahkan menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Prancis JeanYves Le Drian, tahun ini harus menjadi titik balik terbesar dalam mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah.

Kekuatan ISIS dari segi teritorial dan pendapatan telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini sesuai dengan informasi yang telah dirilis oleh lembaga kajian Inggris yakni IHS pada 10 Juli 2016. Menurutnya, sejak mendeklarasikan kekhalifahannya dua tahun yang lalu, ISIS telah kehilangan 12% dari total wilayahnya baik di Irak maupun di Suriah.

Sementara menurut data Pentagon yang dirilis tahun ini menyampaikan bahwa ISIS telah kehilangan 45% wilayahnya di Irak dan 16-20% di Suriah. Di sisi lain yakni di level pendapatan, ISIS juga mengalami penurunan. Catatan Ludovico Carlino, analis senior HIS mengatakan bahwa ISIS mengalami penurunan pendapatan dari 1,05 triliun perbulan pada pertengahan 2015 menjadi 743 miliar pada bulan Maret 2016.

Berangkat dari kenyataan turunnya jumlah teritorial dan pendapatan tersebut maka diprediksikan bahwa ISIS akan mengubah gaya perlawanannya. Hal yang sangat mungkin yang akan digunakan oleh ISIS adalah dengan menggunakan perang gerilya. Perang model ini diyakini akan menjadi benteng pertahanan ISIS di Mosul. Apalagi saat ini, ISIS mendapatkan gempuran yang luar biasa dari koalisi yang dipimpin oleh AS akan sangat mempersempit ruang gerak ISIS di Mosul.

Beberapa wilayah di sekitar Mosul sudah bisa direbut kembali oleh tentara Irak khususnya Qayyarah. Wilayah Qayyarah merupakan pangkalan udara yang terletak di Provinsi Nineveh sekitar 84 kilometer Selatan Mosul dari arah Baghdad. Pangkalan udara ini pernah jatuh ke tangan ISIS pada tahun 2014. Pada Juli tahun ini, pangkalan ini bisa direbut kembali oleh tentara Irak. Jatuhnya Qayyarah ke tangan tentara Irak bisa menjadi titik masuk bagi tentara Irak dan pasukan koalisi untuk menggempur kekuatan ISIS di Mosul. Ketika ISIS di Mosul nanti bisa ditumpas dengan baik, langkah berikutnya yang akan diambil oleh koalisi AS adalah penyerangan besar-besaran terhadap ISIS yang ada di Raqqa, Suriah.

Berpijak dari analisa di atas maka bisa disimpulkan bahwa serangan yang bertubi-tubi dari tentara Irak dan koalisi AS telah membuat ISIS melemah. Jika Mosul bisa diambil dari tangan ISIS, apakah masa depan ISIS di Irak akan tenggelam?

Halaman:

Tags

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB