4. Kurangnya Akuntabilitas
Keputusan besar di UE keluar di balik pintu yang tertutup, apakah itu di dalam Komisi Eropa atau di pertemuan pemimpin UE atau menteri. Tidak seperti anggota parlemen di legislatif nasional yang memperlihatkan proses pembuatan keputusan itu dilakukan di tempat terbuka.
5. Tidak Bisa Menerima Penolakan
UE memiliki sejarah panjang menyerap kekalahan dari suara nasional, kemudian bergerak maju untuk mencapai tujuannya melalui cara lain. Saat Prancis dan Belanda menolak konstitusi UE pada 2005, para pemimpin UE datang kembali dua tahun kemudian dengan Perjanjian Lisbon yang menerapkan banyak perubahan yang sama, tetapi melalui jalur hukum yang berbeda.
6. Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan yang Mahal
Untuk diketahui, UE menerjemahkan semua keputusan yang dihasilkannya untuk kemudian dibukukan (kodifikasi) dalam bahasa resmi ke-24 anggotanya. Komisi Eropa mengatakan telah mempekerjakan 1.750 ahli bahasa, 600 juru ketik penuh waktu dan 3.000 freelancer.
7. Birokrasi yang Tidak Perlu