Krjogja.com - JAKARTA - Potensi sumber daya bahari milik Indonesia secara ekonomi dan geopolitik sangat besar. Luas total perairan Indonesia mencapai 6,4 juta km2 atau sekitar 77 persen dari luas total wilayah NKRImengandung potensi kekayaan laut mencapai Rp 1.772 triliun atau sama dengan 93 persen total pendapatan APBN tahun 2018.
"Potensinya seperti mangrove: 3,36 juta ha (2021), Lamun: 1,78 juta ha (2021), Terumbu Karang: 2,5 juta ha (2018), Kawasan Konservasi: 28,9 juta ha (2022), Megabiodiversity (Indonesia ke 2 di dunia setelah negara Brazil). Dari sektor pertambangan, potensi cadangan minyak sebesar 2,25 miliar barel, potensi cadangan gas sebesar 41,62 triliun standard cubic feet (TSCF)," urai Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Seskemenko PMK) Andi Megantara saat mewakili Menko PMK Muhadjir Effendy membuka Seminar Nasional Transformasi Peradaban Bahari Untuk Indonesia Emas 2045 di Aula Heritage, Kemenko PMK, Rabu (09/08/2023).
Ditambahkan Andi, perkiraan kontribusi dari sektor sumber daya bahari atau maritim akan mencapai 12,5% pada PDB pada tahun 2045. Namun ada perkiraan kebutuhan fiskal US$ 1,64 Triliun untuk membiayai Agenda Strategis Pembangunan Nasional, sedangkan anggaran yang tersedia hanya 20-25 persennya. Artinya masih ada kesenjangan pembiayaan sebesar 75-80%.
Maka itu diperlukan komitmen dan kerjasama pembiayaan dari berbagai pemangku kepentingan (pemerintah, masyarakat dan swasta) serta didukung semangat dan inovasi baru dalam tata kelola pemanfaatan sumberdaya bahari sehingga dapat mendukung program prioritas penghapusan kemiskinan ekstrem, penurunan angka stunting, dan revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Didik Suhardi menyampaikan bahwa transformasi peradaban bahari harus didukung pembudayaan etos kerja, gotong royong, dan integritas yang merupakan nilai-nilai instrumental strategis Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
“Melalui transformasi dapat membantu masyarakat lokal yang tinggal di pesisir untuk mengambil peran aktif dalam pengelolaan sumber daya dan ekosistem laut sehingga meniciptakan peluang dan manfaat ekonomi,” ujar Didik.
"Di sini, GNRM menjadi gerakan strategis menyasar SDM (manusianya) yang akan menjadi aktor dalam mengelola transformasi bahari serta membangun budaya berkinerja tinggi. Oleh karena itu, Revolusi Mental dan transformasi peradaban bahari adalah dua hal yang saling terkait," imbuh Didik.