internasional

Mikroplastik di Awan Bisa Memperburuk Perubahan Iklim

Minggu, 1 Oktober 2023 | 14:45 WIB
Matahari seperti 2002. Jumlah bintik matahari yang teramati pada bulan lalu yang tertinggi selama hampir 21 tahun.(Pexels.com)

Krjogja.com - Jakarta - Para peneliti menemukan beberapa jenis polimer dan karet di dalam air awan yang mengelilingi Gunung Fuji, gunung terbesar di Jepang, dan Gunung Ōyama. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemical Letters, semakin mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa polusi plastik telah menyusup ke sebagian besar ekosistem di Bumi.

Mengutip dari laman Euro News, Sabtu (30/9/2023), fragmen plastik yang lebih kecil dari 5 mm atau kira-kira seukuran biji wijen telah ditemukan di bagian terjauh di planet ini dan di bagian paling intim tubuh manusia, termasuk darah, paru-paru, dan plasenta wanita hamil. "Sepengetahuan kami, penelitian ini adalah yang pertama mendeteksi mikroplastik di udara dalam air awan di troposfer bebas dan lapisan batas atmosfer," tulis para ilmuwan.

Inilah mengapa penemuan ini bukan saja tidak wajar namun juga mengkhawatirkan bagi iklim kita. Lalu bagaimana mikroplastik di awan berkontribusi terhadap perubahan iklim?

Air awan dikumpulkan di puncak dua gunung Jepang pada ketinggian antara 1.300--3.776 meter. Puncak Gunung Fuji terletak di troposfer bebas, sedangkan Gunung Ōyama memuncak di lapisan batas atmosfer di mana keduanya berada di lapisan terendah atmosfer bumi.

Para ilmuwan kemudian menggunakan teknik pencitraan canggih untuk menentukan ada atau tidaknya mikroplastik. Mereka menemukan sembilan jenis polimer berbeda dan satu jenis karet dalam mikroplastik di udara.

Tags

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB