Krjogja.com - Jakarta - Panglima militer Filipina mengumumkan rencana kegiatan pembangunan signifikannya di Laut China Selatan, khususnya di wilayah daratan yang dikuasai Filipina.
Langkah ini diperkirakan akan meningkatkan ketegangan dengan Tiongkok terkait wilayah yang disengketakan. Pengumuman ini disampaikan Jenderal Romeo Brawner usai pertemuan penting dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr di markas besar Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di Kamp Aguinaldo, dikutip dari laman Hongkong Post, Minggu (21/1/2024).
“Kami punya tujuan meningkatkan pengembangan kesembilan fitur daratan, khususnya pulau-pulau yang saat ini kami tempati,” katanya, mengacu pada Pulau Thitu, lokasi daratan terbesar kedua yang terbentuk secara alami di Kepulauan Spratly.
Keputusan baru-baru ini mengikuti pengumuman sebelumnya oleh Manila untuk memperkuat posisinya di Subsequen Thomas Reef, sebuah wilayah sengketa yang terletak di antara Kepulauan Spratly dan Pulau Palawan.
Filipina menegaskan bahwa hal ini punya tujuan pertahanan, karena negara tetangga yang mengklaim wilayah tersebut, khususnya Tiongkok dan Vietnam, telah terlibat dalam kegiatan konstruksi yang signifikan di wilayah tersebut selama dekade terakhir.
Badan pertahanan Filipina memandang rencana baru ini sebagai upaya yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi rasa puas diri strategis di masa lalu di bawah pemerintahan Rodrigo Duterte yang pro-Beijing.
Namun, Manila mengambil risiko memberikan kompensasi yang berlebihan atas kemunduran yang terjadi sebelumnya dengan memprovokasi konfrontasi yang tidak perlu dengan China, yang telah mengambil sikap yang semakin tegas sebagai tanggapannya. (*)