internasional

Imbas Perang Hamas dan Israel, Susu Formula Sampai Popok Mulai Langka

Kamis, 8 Februari 2024 | 19:10 WIB
Serangan udara Israel menewaskan sembilan orang sebelum fajar 9 Mei 2023 di Jalur Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas. ((AFP/Mohammed Abed))

 

Krjogja.com - Gaza - Zainab al-Zein dihadapkan pada keputusan tidak masuk akal: memberi makan bayi perempuannya dengan makanan padat yang masih belum dapat dicerna tubuh mungilnya atau menyaksikannya kelaparan karena kelangkaan susu formula di Jalur Gaza.

Bagaimana pun Zainab memilih memberi makan putrinya yang baru berusia 2 1/2 bulan, meski tahu hal itu dapat memicu masalah kesehatan.

 

"Saya tahu kami melakukan sesuatu yang merugikan dia, tapi tidak apa-apa," tutur Zainab seperti dilansir AP, Kamis (8/2/2024), sambil memberi bayinya biskuit yang dihancurkan di tenda yang kini mereka sebut rumah. "Dia menangis dan menangis terus."

Perang Hamas dan Israel di Jalur Gaza telah memicu bencana kemanusiaan yang menyebabkan kelangkaan kebutuhan pokok. Bayi dan anak-anak termasuk kelompok rentan yang terdampak, di mana popok dan susu formula sulit didapat atau harganya melonjak membuatnya tidak terjangkau, sehingga para orang tua memilih alternatif yang tidak memadai atau bahkan tidak aman.

Penderitaan mereka semakin rumit karena pengiriman bantuan yang sporadis terhambat oleh pembatasan Israel dan pertempuran yang tiada henti.

Bagi warga Palestina yang mengalami kondisi yang semakin mengerikan, tindakan mendasar seperti mengganti popok anak telah menjadi kemewahan yang membutuhkan pengorbanan.

"Saya menjual makanan anak saya agar bisa membeli popok," kata Raafat Abu Wardeh, yang memiliki dua anak yang memakai popok.

Bantuan tidak menjangkau semua orang dan kekurangan bahan pokok telah menyebabkan harga meroket. Dengan hancurnya perekonomian Jalur Gaza, hanya sedikit warga Palestina yang memiliki pendapatan tetap dan sebagian besar menghabiskan tabungan mereka atau hidup dari bantuan.

Di kios-kios darurat, anak-anak yang lebih besar yang bekerja sebagai pedagang asongan menjual popok satuan dengan harga tiga hingga lima shekel (USD 1 hingga USD 1,50) atau satu bungkus dengan harga hingga 170 shekel (USD 46). Sebungkus popok sebelum perang berharga 12 shekel (USD 3,50).

"Harga popok sangat menggelikan," kata Anis al-Zein, yang membelinya di sepanjang jalan di pusat Deir al-Balah.

"Seorang anak dikenakan biaya 20 shekel (USD 5) sehari. Apalagi dalam situasi buruk seperti ini, semua harga melambung tinggi dan tidak ada pendapatan bagi masyarakat. Bahkan tidak ada bantuan." (*)

Tags

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB