Krjogja.com - Brussels - Para anggota parlemen di negara Eropa mulai membahas masalah kecerdasan buatan dan kemampuannya yang mampu merusak integritas elektoral.
Mereka juga khawatir tentang penyebaran disinformasi daring yang dapat memengaruhi sekitar 373 juta pemilih di blok Uni Eropa (beranggotakan 27 negara) selama minggu-minggu kampanye menjelang pemungutan suara.
Pejabat senior Uni Eropa mengatakan, manipulasi informasi dan penyebaran konten yang menipu secara daring menimbulkan ancaman keamanan yang serius, dan menyerukan perlindungan terhadap proses pemilihan.
Baca Juga: Jikustik dan Rossa Pukau Penonton MP3Fest di Banjarbaru
Mereka khawatir bahwa seiring berjalannya waktu, misinformasi dapat mengikis kepercayaan pada lembaga politik dan menimbulkan sikap apatis di antara para pemilih, dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (7/6/2024).
"Proses yang bebas, adil, dan demokratis merupakan inti dari demokrasi kita. Jadi sangat penting bagi kita untuk memantau potensi campur tangan asing," kata Thomas Regnier, juru bicara Komisi Eropa untuk penelitian dan inovasi digital.
Melawan Disinformasi
Satuan tugas Uni Eropa bekerja sama dengan akademisi, jurnalis, dan perusahaan teknologi untuk melawan campur tangan dan manipulasi informasi asing.
Baca Juga: Astra Motor Resmikan Pembangunan Safety Riding Center Jawa Tengah
Salah satu alat utama dalam gudang senjata mereka adalah situs web EUvsDisinfo -- Uni Eropa versus Disinformasi.
Platform tersebut mengumpulkan dan melawan apa yang disebutnya sebagai contoh kampanye disinformasi dari Rusia, yang dianggap oleh blok tersebut sebagai penyebab utama. Moskow membantah tuduhan tersebut.
Sejak 2015, basis data tersebut telah mengumpulkan lebih dari 17.000 kasus, dengan pejabat UE memperkirakan aktivitas pro-Kremlin akan meningkat setiap kali pemilihan umum tiba.
Kantor statistik UE EUROSTAT juga menawarkan layanan data dan pengecekan fakta untuk pertama kalinya pada musim pemilihan ini sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk melawan misinformasi. (*)