Untuk Indonesia bisa memetik manfaat yang sama, Schmidt menyarankan empat langkah:
1. Membina Ekosistem Riset Tanpa Hambatan
Beliau mendorong agar jarak antara universitas, lembaga riset, dan industri diperpendek—bahkan jika memungkinkan, ditempatkan berdampingan—untuk memudahkan kolaborasi.
2. Tinjau Ulang Kebijakan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Kebijakan HKI yang terlalu ketat dapat menghambat inovasi. Beliau mencontohkan Universitas Stanford yang kekayaannya bukan berasal dari royalti, tapi dari ekosistem yang mendukung pendirian perusahaan-perusahaan sukses oleh alumninya.
3. Komitmen Investasi Jangka Panjang
Singapura dijadikan contoh negara yang berhasil meningkatkan GDP tanpa sumber daya alam, tapi konsisten berinvestasi pada riset dan teknologi selama 40 tahun.
4. Berdayakan Peneliti
Schmidt menekankan pentingnya memberikan waktu, fasilitas, dan kebebasan bagi para peneliti untuk berinovasi. Menurutnya, ini adalah bentuk investasi yang paling menguntungkan.
Pidato Profesor Schmidt menjadi penguat bagi visi besar KSTI 2025. U ntuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan, Indonesia perlu membangun ekosistem sains yang terhubung erat dengan dunia usaha.
Beliau menekankan bahwa kesuksesan tidak akan tercapai dengan memaksa ilmuwan untuk langsung membuat produk. Sebaliknya, perlu diciptakan sistem yang memudahkan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri, agar ide-ide besar dapat dengan mudah bergerak dari laboratorium ke dunia nyata saat waktunya.(ati)
Keterangan Foto