internasional

Retno Marsudi Dorong Aksi Global Hadapi Krisis Air, Pangan, dan Energi

Minggu, 12 Oktober 2025 | 13:34 WIB
konferensi internasional di bidang energi, Astechnova 2025, yang diselenggaraka di Hotel Alana Yogyakarta, Rabu (8/10/2025). (Sumber foto: laman resmi UGM/ Astechnova)

Krjogja.com - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Isu Air sekaligus mantan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menyerukan kepada masyarakat global untuk bersinergi dalam mengantisipasi krisis air, pangan, dan energi yang semakin mengemuka. Seruan ini disampaikan melalui konferensi internasional Astechnova 2025 yang digelar di Yogyakarta.

Menurut Retno, tantangan akan krisis ketiga sektor tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling terhubung satu sama lain. "Semua tantangan tersebut saling terhubung erat. Karena ketiganya terhubung dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan dengan air, pangan dan energi menjadi elemen yang utama," ujar Retno, Rabu (8/10/2025), dikutip dari laman resmi UGM.

Indonesia, imbuh Retno, telah meningkatkan target pengurangan emisi melalui dokumen terbaru Nationally Determined Contribution (NDC). Melalui NDC itu, Indonesia menaikkan ambisinya dengan target pengurangan emisi menjadi 31,89 % pada tahun 2030.

Baca Juga: Jamin Keamanan Pangan MBG, SPPG Sinduadi Gandeng Ahli dari UGM

Retno menegaskan bahwa upaya pengurangan karbon tidak bisa dilepaskan dari ketahanan air, pangan, dan energi. Keterbatasan air bersih menjadi salah satu persoalan mendesak, terutama ketika ketersediaannya terus menyusut sementara kebutuhan terus meningkat, baik untuk rumah tangga maupun industri.

Dalam konferensi tersebut, perwakilan International Atomic Energy Agency (IAEA), Carolyn Scherer, menyatakan bahwa pemanfaatan sumber energi nuklir berpotensi menjadi solusi jangka panjang.

Ia menuturkan bahwa reaktor modern kini dirancang agar dapat beroperasi hingga 60–80 tahun, jauh lebih lama dibandingkan generasi pertama yang rata-rata 40 tahun. "Jauh lebih lama dari 40 tahun reaktor pada generasi pertama," tutur Carolyn.

Lebih lanjut, Guru Besar Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika FT UGM, Prof. Andang Widi Harto, mendorong penelitian dalam teknologi yang dapat menangkap CO₂ dari atmosfer , lalu mengubahnya menjadi produk bernilai ekonomi seperti pupuk urea atau hidrokarbon sintetis.

"Tanpa hidrogen, konsep menghasilkan CO₂ tidak dapat diikuti untuk menjadi produk yang bernilai ekonomi," jelasnya.

Baca Juga: Program Cek Kesehatan Gratis Wujud Kepedulian terhadap Kesejahteraan Publik

Tak lupa, konferensi Astechnova 2025 turut dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari delapan negara. Menurut Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Selo, harapannya acara ini bisa menjadi wadah munculnya gagasan baru dan memperkuat kolaborasi lintas sektor. 

"Kami berharap melalui kegiatan ini dapat meningkatkan kolaborasi antara akademisi, industri, pemerintah dan mitra internasional dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan," tutup Prof. Selo. (*)

Tags

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB