Di Temanggung, Sampah Organik Pasar Tradisional Diproses Jadi Kompos

Photo Author
- Rabu, 22 September 2021 | 20:45 WIB
Proses pencacahan sampah organik untuk diproses menjadi kompos. (zaini arrosyid)
Proses pencacahan sampah organik untuk diproses menjadi kompos. (zaini arrosyid)

TEMANGGUNG, KRJOGJA.com - Sampah organik dari pasar tradisional di Kabupaten Temanggung mulai diolah menjadi kompos.

Pengolahan dilakukan di TPA Sanggrahan untuk selanjutnya kompos dijual pada petani yang membutuhkan di kabupaten tersebut guna pemupukan berbagai jenis tanaman terutama sayuran di pekarangan rumah.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Temanggung Entargo Yutri Wardono mengatakan pasar tradisional menjadi salah satu penghasil sampah organik.

Selama ini kata dia, sampah organik tidak dimanfaatkan atau terbuang percuma di sekitar pasar dan dibawa ke TPA Sanggrahan untuk ditumpuk.

" Atas inisiasi sejumlah pihak termasuk DPRKPLH, sampah organik itu lantas diolah menjadi kompos untuk pupuk berbagai tanaman," kata Entargo, Rabu (22/9/2021).

Entargo mengatakan dalam pengolahan sampah organik menjadi kompos pihaknya bekerja sama dengan Dinas Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Temanggung. Ada enam pasar tradisional milik pemerintah kabupaten yang diambil sampahnya.

Dia mengatakan enam pasar tradsional tersebut yakni Pasar Pingit, Kranggan, Temanggung, Parakan, Ngadirejo, dan Pasar Candiroto. " Pemanfaatan sampah organik menjadi kompos dimulai pekan ini," kata dia.

Dia menyampaikan pengolahan sampah organik bertempat di TPA Sanggrahan dengan cara dicacah. Selanjutnya di proses menjadi kompos dengan dicampuri zat pemicu pembusukan dan diperam.

" Pemilahan sampah sendiri mulai dari pedagang pasar, tenaga kebersihan, dan pengguna pasar lainnya," kata Entargo sambil menambahkan, setelah di cacah sampah organik ada yang dijadikan pakan magot.

Entargo mengemukakan pengangkutan sampah dari pasar tradisional ke TPA Sanggrahan selama ini masih campur, yakni antara sampah organik dan bukan organik. Dari Pasar Ngadirejo berlangsung setiap 2 hari sekali dengan rata-rata volume sampah 3,5 ton, Pasar Kranggan tiap hari rata-rata 2 ton, Pasar Temanggung setiap rata-rata 2,5 ton.

Sementara sampah dari Pasar Candiroto diangkut 2 kali seminggu, rata-rata 3 ton setiap kali angkut, Pasar Parakan setiap hari rata-rata 2,5 ton, dan Pasar Pingit 5 hari sekali rata-rata 2,1 ton setiap kali angkut.

" Prosentase sampah organik dari pasar tradisional sekitar 60 persen," terangnya. (Osy)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

PUDAM Boyolali Rilis Aplikasi Tirta Amperaku

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:10 WIB

Ribuan Kendaraan Kena Tilang ETLE, Ini Pelanggarannya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 19:10 WIB

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

Khitan Massal Warnai Perayaan HUT Pertamina di Cilacap

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:55 WIB
X