SUKOHARJO, KRJOGJA.com - Serangan hama tikus tingkat sedang hingga berat belum mereda dan membuat resah petani. Populasi tikus semakin banyak dan dikhawatirkan merusak tanaman padi apabila dibiarkan. Sebab petani sangat berharap bisa mendapatkan hasil panen melimpah karena didukung ketersediaan air.
Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto, Kamis (28/1/2021), mengatakan, kondisi petani sekarang belum terlalu khawatir dengan bencana alam banjir disaat musim hujan yang bisa merusak tanaman padi. Keresahan petani justru datang dari serangan hama tikus yang belum mereda.
Serangan hama tikus tingkat sedang dan berat terjadi hampir disemua hamparan sawah di Sukoharjo. Seperti di wilayah Desa Pranan, Kecamatan Polokarto ada sebanyak 135 hektar tanaman padi diserang hama tikus. Meski begitu serangan tersebut masih dalam tingkat sedang dan belum ditemukan banyak dampak kerusakan.
“Serangan hama tikus tingkat sedang merata dihamparan seluas 135 hektar. Diluar Desa Pranan, Kecamatan Polokarto hampir semua petani mengeluhkan hal yang sama bahkan lebih parah dibanding di Pranan, Polokarto,†ujarnya.
Pengurus P3A Dam Colo Timur meminta pada para petani untuk memperbanyak kegiatan gropyokan pemberantasan hama tikus secara bersama. Petani dilarang melakukan pemberantasan sendiri karena dinilai tidak efektif. Kegiatan juga melibatkan petani di wilayah perbatasan agar memusnahkan tikus dalam jumlah banyak dan meminimalisir kerusakan tanaman padi.
“Kalau kerusakan sampai gagal panen belum ada, tapi serangan hama tikus memang membuat petani resah. Kalau dibiarkan dan tidak ada gropyokan tikus maka tanaman padi bisa rusak berat. Jadi butuh kerjasama baik petani dan petugas terkait untuk mengendalikan hama tikus ini,†lanjutnya.
Jigong mengatakan, petani saat ini sangat terbantu dengan terpenuhinya kebutuhan air dari hujan. Sebab dipastikan semua sawah di Sukoharjo sekarang tidak ada yang kekeringan.
“Hujan belum mengakibatkan banjir dan merusak tanaman padi. Petani justru resah karena hama tikus,†lanjutnya.
Untuk menekan serangan hama tikus P3A Dam Colo Timur juga meminta petani memanfaatkan hewan predator berupa burung hantu. Beberapa wilayah sudah membuat rumah burung hantu (rubuhan) sebagai tempat bagi burung hantu.
“Predator alam burung hantu ini sangat penting dan membantu petani dan pengggunannya terus dilakukan disemua wilayah,†lanjutnya.
Gropyokan tikus yang dilakukan petani sekarang digelar hampir setiap hari. Kegiatan melibatkan petani sampai di wilayah perbatasan. Sebab pola serangan tikus dikatakan Jigong menyesuaikan dengan ketersediaan bahan pangan atau tanaman padi.
“Misal petani di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto melakukan gropyokan tikus disini, petani di desa sekelilingnya juga kegiatan serupa jadi bisa maksimal mematikan tikus,†lanjutnya.(Mam)