TERNYATA masih banyak anak-anak di Indonesia yang mengalami stunting. Ketika hal itu terjadi, orangtua harus memantau perkembangan otak anak agar mereka cerdas.
Kita telah mengenal bahwa stunting dapat memicu anak mengalami kemunduran perkembangan otak, sehingga mereka jadi bodoh. Tak sekedar itu, meski belajar di bangku sekolah, terkadang IQ mereka rendah.
Hal ini jelas terlambat kalau orangtua tidak menangani masalahnya. Semestinya jika anak mengalami stunting masih dapat diperhatikan dari sisi perkembangan otaknya.
Konsultan Nutrisi Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan FKUI/RSCM Dr dr Damayanti R Sjarif SpA(K) menuturkan, ketika anak sudah menunjukkan tanda-tanda stunting, harus ambil solusi. Paling tidak, dia harus tumbuh jadi anak yang cerdas.
"Kalau batita stunting, yang dikejar perkembangan bukan tingginya, tapi perkembangan otaknya penting. Sebab, otak mereka tidak bisa berkembang, akhirnya ketinggalan (belajar)," tutur Dr Damayanti saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (13/8/2018).
Dia menjelaskan, stunting merupakan kondisi yang dipicu karena anak malnutrisi kronik sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan. Padahal orangtua bisa mencegah sejak awal kehamilan. Dr Damayanti menyebut bahwa angka stunting di Indonesia jumlahnya 37% hingga kini. Edukasi kepada calon ibu sangat penting untuk mencegah.
Ciri-ciri mudahnya, ketika si kecil dicurigai stunting, biasanya tinggi badan atau berat badan tidak naik secara normal sesuai tabel perkembangan anak. Itu biasanya terjadi sebelum anak berusia 2 tahun.
"Kalau anak sudah ketahuan pendek dan setiap bulan sering ukur badan tapi tidak naik-naik angkanya, harus curiga stunting. Jangan malah orangtua diam saja membiarkan anaknya tumbuh kembangnya terganggu," tambahnya.