Krjogja.com - JAKARTA - Memasuki masa perimenopause kerap kali menjadi masa yang sulit bagi perempuan, seperti halnya bagi anak yang memasuki masa pubertas. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi sosok laki-laki dalam perannya sebagai ayah dan suami.
Kedua masa tersebut tentunya membutuhkan dukungan penuh, namun acapkali pemahaman ayah masih minim sehingga mempengaruhi keharmonisan keluarga.
Baca Juga: Mbak Yashinta Siap Kawal Penyaluran Dana Stimulus Rp200 Triliun dari Purbaya untuk UMKM DIY
Mengutip riset UNICEF (2021), Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, mengatakan bahwa sebanyak 29 persen anak Indonesia kehilangan sosok ayah.
“Fisiknya ada, namun psikologisnya tidak (hadir). Anak-anak kita sekarang cenderung memiliki keluarga baru yaitu handphone atau gadget. Inilah yang disebut fatherless,” ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Menteri Wihaji pada Talkshow Kesehatan Reproduksi “Menjadi Sahabat Bagi Istri dan Anak: Peran Ayah pada Masa Menjelang Menopause dan Pubertas” yang diselenggarakan secara hybrid di kantor Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN dan live di kanal youtube Kemendukbangga_BKKBN, Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Data nasional menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak di Indonesia masih tergolong rendah. Survei MenCare Global Fatherhood Report tahun 2019 mencatat rata-rata waktu ayah di Indonesia bersama anak hanya sekitar satu jam per hari, jauh di bawah rata-rata global.
Menteri Wihaji menyoroti usia pubertas yang saat ini semakin muda. Bahkan ada yang mulai dari usia 9 tahun bagi anak perempuan. Maka dari itu, Menteri Wihaji mendorong para orang tua untuk meningkatkan pengawasan dan pengetahuannya.
“Reproduksi perempuan sekarang sudah mengalami maju atau mundur, kelahiran 60-80an rata-rata perempuan Indonesia menstruasi kelas dua atau tiga SMP. Sekarang kelas 4 SD sudah menstruasi,” katanya.
Menteri Wihaji juga menyinggung konflik yang seringkali terjadi antara Ibu yang sedang memasuki fase perimenopause dengan anak remajanya yang sedang memasuki masa pubertas. Di kedua fase itu, keduanya dalam kondisi sama-sama sensitif, karena perubahan mood yang tidak stabil.
Menurut Menteri Wihaji, ayah perlu mengenali dan memahami kedua situasi ini, baik secara biologis maupun psikologis. Ayah akan menjadi penyeimbang bagi keduanya dan hadir dengan empati dan pengertian. “Itu penting dipelajari tidak hanya untuk kita, karena mempengaruhi masa depan keluarga,” pungkas Menteri Wihaji.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (BPS, 2022) juga menunjukkan bahwa peran pengasuhan masih didominasi oleh ibu, sedangkan ayah cenderung lebih fokus pada peran ekonomi.
Tantangan Kesehatan Reproduksi dan Psikologis