Peran Ayah di Tengah Pubertas Anak dan Perimenopause Istri

Photo Author
- Jumat, 17 Oktober 2025 | 13:15 WIB
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd (Rini Suryati)
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd (Rini Suryati)

Krjogja.com - JAKARTA - Memasuki masa perimenopause kerap kali menjadi masa yang sulit bagi perempuan, seperti halnya bagi anak yang memasuki masa pubertas. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi sosok laki-laki dalam perannya sebagai ayah dan suami.

Kedua masa tersebut tentunya membutuhkan dukungan penuh, namun acapkali pemahaman ayah masih minim sehingga mempengaruhi keharmonisan keluarga.

Baca Juga: Mbak Yashinta Siap Kawal Penyaluran Dana Stimulus Rp200 Triliun dari Purbaya untuk UMKM DIY

Mengutip riset UNICEF (2021), Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, mengatakan bahwa sebanyak 29 persen anak Indonesia kehilangan sosok ayah.

“Fisiknya ada, namun psikologisnya tidak (hadir). Anak-anak kita sekarang cenderung memiliki keluarga baru yaitu handphone atau gadget. Inilah yang disebut fatherless,” ujarnya.

Hal tersebut disampaikan Menteri Wihaji pada Talkshow Kesehatan Reproduksi “Menjadi Sahabat Bagi Istri dan Anak: Peran Ayah pada Masa Menjelang Menopause dan Pubertas” yang diselenggarakan secara hybrid di kantor Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN dan live di kanal youtube Kemendukbangga_BKKBN, Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Baca Juga: PSIM Siap Hadapi Persita, Van Gastel Lempar Candaan Waktu Kickoff Kesukaan Timnya, Ze Valente Yakin Laga Menarik

Data nasional menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak di Indonesia masih tergolong rendah. Survei MenCare Global Fatherhood Report tahun 2019 mencatat rata-rata waktu ayah di Indonesia bersama anak hanya sekitar satu jam per hari, jauh di bawah rata-rata global.

Menteri Wihaji menyoroti usia pubertas yang saat ini semakin muda. Bahkan ada yang mulai dari usia 9 tahun bagi anak perempuan. Maka dari itu, Menteri Wihaji mendorong para orang tua untuk meningkatkan pengawasan dan pengetahuannya.

“Reproduksi perempuan sekarang sudah mengalami maju atau mundur, kelahiran 60-80an rata-rata perempuan Indonesia menstruasi kelas dua atau tiga SMP. Sekarang kelas 4 SD sudah menstruasi,” katanya.

Menteri Wihaji juga menyinggung konflik yang seringkali terjadi antara Ibu yang sedang memasuki fase perimenopause dengan anak remajanya yang sedang memasuki masa pubertas. Di kedua fase itu, keduanya dalam kondisi sama-sama sensitif, karena perubahan mood yang tidak stabil.

Menurut Menteri Wihaji, ayah perlu mengenali dan memahami kedua situasi ini, baik secara biologis maupun psikologis. Ayah akan menjadi penyeimbang bagi keduanya dan hadir dengan empati dan pengertian. “Itu penting dipelajari tidak hanya untuk kita, karena mempengaruhi masa depan keluarga,” pungkas Menteri Wihaji.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (BPS, 2022) juga menunjukkan bahwa peran pengasuhan masih didominasi oleh ibu, sedangkan ayah cenderung lebih fokus pada peran ekonomi.

Tantangan Kesehatan Reproduksi dan Psikologis

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Ramadan 2026 Sebentar Lagi Datang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 12:30 WIB

Unik, Ijab Qobul di Atas Motor Kuna

Selasa, 24 Juni 2025 | 16:50 WIB
X