Krjogja.com-Baru-baru ini media sosial Tiktok dan Twitter/X diramaikan oleh sebuah tren yang warganet sebut "Performative Male". Tak hanya ramai di jagat Tiktok dan X saja, bahkan performative male tersebut berhasil dijadikan ajang kompetisi.
Lantas apa sebenarnya performative male itu?
Performative male merupakan sebutan para laki-laki yang berusaha untuk menampilkan hal yang dianggap disukai oleh perempuan. Dengan berpura-pura membaca buku feminisme, mendengarkan playlist tertentu, hingga mencoba untuk menyukai matcha.
Beberapa dari hal tersebut merupakan kesukaan perempuan yang diadopsi oleh laki-laki sebagai upaya untuk mendapatkan hati perempuan. Sikap ini yang kemudian dikenal sebagai performative male.
Baca Juga: MTsN 2 Bantul Raih “Most Innovative Booth” di Peringatan Hari Anak Nasional 2025
Orang dengan karakteristik performative male akan mengorbankan identitas asli mereka, demi mendapat citra yang ingin dipandang oleh orang lain. Perilaku ini akan berdampak pada munculnya ketegangan ketika telah berhasil mendapat perempuan yang diinginkannya. Sebab, sikap tersebut hanya sebagai topeng untuk menggaet pujaannya.
Pada Sabtu (2/8) kontes performative male berhasil diselenggarakan di Taman Langsat, Jakarta. Ajang ini sebagai bentuk hiburan sekaligus ekspresi satir dari masyarakat.
Dianggap sebagai bentuk lucu-lucuan yang menampilkan beberapa laki-laki yang memarodikan seorang dengan sikap performative male. Di antaranya berpenampilan layaknya laki-laki yang diidamkan oleh perempuan.
Ada yang membawa buku dari Meiko Kawakami yang berjudul "Breast and Eggs" dengan membawa tote bag dan tumblr. Seolah-olah agar dipandang oleh perempuan sebagai "nice guy".
Dalam kontes tersebut, terdapat pula laki-laki yang menggunakan earphonei kabel dan menggunakan pakaian yang rapi seperti yang disukai oleh perempuan pada umumnya.
Kontes ini sebetulnya memiliki makna yang cukup dalam, apakah kita perlu membohongi banyak orang untuk membentuk citra diri? Kadang hal tersebut tidak sadar terbentuk oleh kita, entah untuk menarik perhatian atau sekedar ingin mengikuti tren yang ada.
Sebelum diadakannya kontes ini di Jakarta, sudah terlaksana pula di New York City yang digelar pada Senin (21/7) lalu. Sama seperti halnya yang ada di Jakarta, kontes ini dipenuhi oleh pria dengan ciri khas performative male.